Posted by : Unknown
16 April 2017
Ultimate Antihero Volume 1 Chapter 1 Part 5
{Aku sudah bebas dari peleton ini.}
Diawali dengan kalimat itu, konfrontasi antara Sumika dan
Nakajima dari awal bukanlah sesuatu yang damai. Setelah sejauh ini, pada
akhirnya, atmosfir berbahaya di antara mereka seolah-olah mulai menyebar.
Karena tak tahan, dari seluruh penonton yang ada,
Ichinotani Chikori maju menengahi mereka berdua.
“Ke, Ketua dan juga Nakajima-kun, tolong tenang sedikit,
oke?”
“Bagaimana bisa aku bisa tenang! Kalau tidak karena
diselamatkan oleh orang itu kita, aku dan Chikori-san, pasti akan mati saat
itu!”
Karena itulah bujukan Chikori sia-sia.
Sumika sudah benar-benar marah.
Dengan amarah sampai ujung rambut keemasannya, ia menahan
Chikori dan mendekati Nakajima.
“Nakajima-san! Apakah terlintas di pikiranmu bahaya besar
yang kita hadapi karena kau pergi begitu saja sendirian!? Walaupun berakhir
baik karena bantuan Homura-san, dan entah apa yang akan terjadi pada kita
seandainya saja Homura-san tidak datang! Selain itu setelah semua yang terjadi
bukannya meminta maaf, kau malah keluar dari peleton, bukankah ketidaksopanan
itu juga ada batasnya!?”
“Aku tak peduli! Kalian berdua hampir mati karena kalian
itu tak berpengalaman! Jangan jadikan itu sebagai kesalahanku!”
Nakajima pun juga sama marahnya.
Ia dengan marahnya berteriak keras sampai liurnya menciprati
wajah Sumika.
“Kau malah balik menuduhku!?”
“Dari awal semua akan baik-baik saja walaupun kita
mengabaikan pertarungan itu! Kalau kita melakukannya, pertarungan itu pasti
akan diatasi oleh Pertahanan Penyihir Nasional, tapi kau, Hoshikawa, malah
menerima misi itu sendiri...! Semua ini salahmu!”
“Peleton siswa latihan juga bagian dari anggota
Pertahanan Penyihir Nasional! Kita punya tanggungjawab untuk ikut berperang!”
“Hah-! Kau bertingkah menjadi anak baik seperti biasanya,
ya-! Seperti yang diharapkan dari Penyihir Kelas S-sama. Tapi selain
pertarungan, semua telah diselesaikan oleh para peleton siswa latihan! Semua
orang mengambil jalan pintas dalam hal ini. Setelah mendapat semua penghargaan
dalam mengusir iblis, kau akan disingkirkan saja tanpa sebab dari garis depan
suatu saat nanti, tidak mengikuti perang itu sudah jelas!”
“Ap-! Kau benar-benar mengatakan itu!? Manusia yang bisa
mengendalikan sihir itu masih dalam jumlah yang sangat sedikit. Kalau kita yang
berada dalam jumlah sedikit itu tidak bisa bertindak serius dalam hal ini apa
yang akan terjadi! Apa yang akan terjadi kalau kita tidak melindungi semua
orang!”
“Persetan! Selain itu kenapa aku harus mengorbankan
hidupku demi orang lain, hanya karena aku menguasai ilmu sihir dan ditugaskan!
Kalau kau sebegitu inginnya jadi seorang pahlawan, lakukan saja sendiri! Siapa
yang mau ikut denganmu!”
Dengan ucapan tajamnya yang ia lontarkan, Nakajima tak
bisa kembali lagi.
Ia membuka pintu dengan kuat seolah ingin
menghancurkannya, ia keluar dengan penuh amarah.
Setelah Nakajima pergi, Sumiko menghempaskan pinggangnya
ke kursi di ruang peleton dan menghela napas.
“Dasar, tak tahu diri....!”
Kekecewaan itu bukan hanya untuk Nakajima seorang.
Tak terbatas untuk Nakajima, mayoritas orang di akademi
ini bermotivasi rendah.
Yah, itu bukan sesuatu yang tidak dapat dibenarkan.
Walaupun manusia yang dapat memanipulasi sihir sudah
berjumlah sangat sedikit, meski dalam waktu jangka panjang, jumlah penyihir berkurang
dalam jumlah sangat besar setelah perang dengan <Demon King Typhon>.
Karena itulah orang-orang yang memiliki ketangksan walau
hanya secuil saja dipaksa untuk mengikuti akademi pelatihan sihir.
Dan dari kekurangan personel manusia, terdapat banyak kasus
dimana pemusnahan untuk iblis <Kelas Prajurit> seperti saat ini dialihkan
kepada siswa di peleton pelajar.
Itu tak bisa dicegah, karena faktanya iblis tidak bisa
dibunuh kecuali dengan serangan yang menggunakan kekuatan sihir.
Bagaimanapun juga, rasanya tak layak untuk meminta
anak-anak memaklumi masalah perkumpulan seperti ini.
Hanya saja kenapa mereka harus melakukan tugas berbahaya
seperti ini?
Bukannya Sumika seolah-olah tak mengerti perasaan seperti
itu.
(Bagaimanapun, bahkan kalau yang satu mau mengerti yang
lainnya bisa saja tidak.)
Ia mengerti tugas mengerikan seperti ini. Bahkan ia
sendiri tentu takut akan kehilangan nyawa. Walaupun hari ini ia hampir saja
mati.
Tapi, sekarang yang bisa melawan para iblis itu hanya
mereka.
Dan juga, tidak bisakah semua orang menjadi serius
tentang perkara ini, bagaimanapun juga itu membuatnya kesal.
Di tempat ini... Sumika juga masih belum matang.
Sebagai hasilnya, Sumika yang sangat tahu diri sebagai
seorang penyihir bagaimanapun merasa bimbang.
Terlalu serius. Suram. Kau bertingkah sok jadi anak baik?
Ia disindir seperti itu, dijauhi, sementara ia memiliki kekuatan bertarung terdahsyat
yang bahkan hanya sepuluh orang Penyihir Kelas S yang memilikinya di dunia,
malah dipindahkan ke peleton ke 101 yang terkenal sebagai [peleton
terbelakang]. Ia malah menjadi pengasuh untuk siswa-siswa payah yang tak bisa
diterima di peleton yang lain.
Walaupun begitu Sumika tak merana, demi membuat peletonnya
itu bisa bertarung, bahkan dalam seluruh kesulitan sekalipun, ia terus memeras
otak dan menjelaskan instruksi-instruksi, tapi ia tak pernah dihargai,
sekalipun tidak.
Walaupun ia telah melakukan yang terbaik, keberadaan
manusia di pihaknya membuat upayanya sia-sia.
Bagaimanapun ia melakukan yang terbaik, hasilnya selalu
saja tak seperti yang ia harapkan.
Dan hari ini, hasil akhirnya ia hampir saja terbunuh oleh
makhluk sejenis orc.
Kalau dia, bahkan saat bertugas sendirian, ia bisa
membunuh makhluk sejenis orc hanya dalam sekali serang.
“Haahh.................-”
Ia menghela napas berat dan menutupi kepalanya dengan
kedua tangannya.
Tekad yang tak bisa dimengerti. Anggota timnya yang
payah.
Kegelisahan hati Sumika pun telah mencapai puncak.
Dan kemudian seorang gadis mungil berambut lepas tak
teratur yang baru saja tertahan, Ichinotani Chikori dengan hati-hati berseru
pada Sumika.
“Ketua, jangan murung. Ketua tidak melakukan hal yang
buruk bukan...?”
Perkataan Chikori itu merupakan kepeduliannya yang tulus
dari hatinya terhadap Sumika yang lelah.
Tapi,...Chikori juga salah satu faktor dari kecapekannya.
Dilihat dari sudut pandang Sumika, Chikori juga sama
bersalahnya dengan Nakajima.
Karena itulah, perkataan Chikori yang dimaksud untuk
membesarkan hati Sumika justru malah membuat Sumika meledak.
“Ya iyaaaalaaahhh-!”
“Kyan-!”
“Chikori-san. Walaupun kau tak ada hubungannya dengan
masalah ini. Walaupun aku sudah memerintahkan untuk berhenti, tapi kau malah menyerbu
sendirian! Akhirnya kau malah disandera! Memangnya kau tak bisa memikirkannya
terlebih dahulu, apa kau tahu musibah yang kau berikan padaku karena tindakan
cerobohmu itu!?”
“Ta-tapi, saat itu orc itu akan menyerang daerah kota...”
“Maka apa yang harus kau lakukan adalah mengamankan kota
dan mengevakuasi penduduk! Memangnya buat apa aku menyatukan kau dan
Nakajima-kun dalam satu grup!? Itu karena kau dan dia tak akan bisa menang
melawan seekor orc itu secara sendiri-sendiri! Bukankah aku sudah mengatakan
saat rapat sebelumnya! Sudah kubilang jangan sekali-kali bertarung kalau salah
satu dari kalian saja yang disana! Meskipun begitu kenapa kau memutuskan
sesuatu yang tolol seperti memasuki medan perang sendirian-!”
“U,uuh.”
Wajah Chikori langsung memucat dan ekspresinya seperti
hendak menangis saat ditatap tajam oleh mata Sumika yang penuh amarah.
Namun Sumika tidak juga berhenti. Perkataan Chikori
sebelumnya membuat emosinya lepas kendali, segala macam kekesalan yang ia
hadapi sejak ia ditarik masuk ke Akademi Sihir Tokyo berubah menjadi luapan
uneg-uneg yang berlebihan bahkan Sumika sendiri tak bisa mengendalikannya lagi.
“Aku telah...-! Walaupun aku telah berupaya keras untuk
memikirkan strategi yang bisa dilakukan bahkan dengan sedikit kekuatan sihir
sekalipun, tidak bisakah kalian bergerak persis seperti yang telah aku
katakan!? Chikori-san dan Nakajima-kun juga, dan bahkan Shiori-san yang selalu
hanya melakukan sedikit usaha dari kemampuannya walaupun dia seorang penyihir
yang luar biasa! Semuanya, kalian semua bergerak hanya seenak jidat saja-!
Kalian semua memang tidak bisa menjadi berguna secara memuaskan, jadi
setidaknya tolong dengarkan apa yang aku perintahkaaann-!!”
“.....................-“
“.....ah,”
Serta merta, Sumika berpikir ‘apa yang telah kulakukan’,
terlihat jelas di wajahnya.
Ia sudah mengatakan hal-hal yang tidak perlu.
Sumika pun tersadar setelah melihat ekspresi Chikori yang
sangat tertusuk oleh perkataannya.
(Meskipun hanya aku, yang tahu betul kalau betapa
Chikori-san sudah bekerja keras...)
“E,ehh, Chikori-san. Yang tadi itu...”
Sumika tercekat, ia mencoba untuk meminta maaf karena
keceplosannya tadi. Tapi saat itu,
“Aa – telingaku sakit. Entah kenapa hanya karena bentakan
cewek bisa menggema keras di gendang telingaku.”
Pintu ruangan peleton pun terbuka, sosok pemuda memasuki
ruangan.
Dialah yang telah menyelamatkan nyawa Sumika dan Chikori
sebelumnya, sang <Pengguna Dewa Jahat> Kamishiro Homura.
<== Chap1 Part4
<== Chap1 Part4