Archive for Maret 2015

Konjiki no Wordmaster Chapter 9

Chapter 9 Selesai!!

sori udah nunggu lama, aku ga ada waktu buat ngepost, pulang malem mulu...
Cuma, mulai sekarang, update akan lebih cepat, kita dapet translator baru!!
hoho, tadi, pas mau post, editornya ngirim versi editannya, perfect timing banget...
Ya udah, Selamat Membaca aja..
TL


Chapter 9: Pertarungan Pedang

Hiiro memanjangkan pedangnya dengan menulis perpanjang´ pada pedangnya. Panjang pedangnya sekarang adalah 7 meter. Meskipun begitu, tidak ada seorang pun mengerti apa yang terjadi sebenarnya.
Hiiro mengembalikan pedangnya dengan menulis asal’. Mata pedangnya menembus tangan si tiang kering-kerontang-menjijikkan-dan-berduri, Whooshhh, dan lalu Si Tiang Kering Kerontang itu pun mengerang kesakitan.
Dia menjatuhkan pedang karena kesakitan yang amat sangat hingga tangannya gemetar. Keringat dingin yang banyakpun membasahi wajahnya.
“Mundur, bocah.”
“Eh, T-Tu-Tuan, kenapa?”
“Aku dapat bayaran, jadi aku akan membantu.”
Saat Hiiro mengatakan itu, Nies mengeluarkan nafas lega.
“Si-Siapa Kamu?!”
Ujar Si Tiang Kering Kerontang sambil menahan sakit.
“Aku tak punya kewajiban untuk menjawabnya. Selamat tinggal.”
“WHA?!”
Hiiro melompat ke arah Si Tiang Kering Kerontang dengan sangat cepat hingga Si Tiang Kering Kerontang tidak sempat bereaksi. Kemudian Hiiro menebas dada Si Tiang Kering Kerontang dengan pedang miliknya.
Rasakan ini!”
SLAASSHH!
Dengan satu ayunan, pedangnya menebas tubuh Si Tiang Kering Kerontang dari bahu kirinya menuju panggul kanannya, mencipratkan darah kemana-mana. Kemudian Si Tiang Kering Kerontang rubuh dan pingsan.
“Tidak.. mungkin..”
Semua orang menyangka Si Tiang Kering Kerontang sudah mati, tapi badannya mengejang mengisyaratkan bahwa dia masih hidup. Namun tampaknya ia sungguh-sungguh telah kalah.
“AAHH.. Apa ini? Kenapa Kakak ada ditanah?”
Simpan semua pertanyaan untuk dirimu sendiri.
Sambil mengatakan itu, Hiiro sekali lagi mengayunkan pedangnya ke arah Si Botak Gendut, tetapi..
CREEAAKK!
Dia terhenti karena suara metal yang beradu.
‘Sial, dia memakai chain mail.’
Walaupun Hiiro sudah menebasnya sekuat tenaga, tidak sedikitpun kulit tubuh Si Botak Gendut yang tergores.
“Pakaianku!! Beraninya kamu!!”
Saat Si Gendut berkata demikian, bajunya sudah sobek sana-sini. Hiiro ingin bertanya mengapa Si Gendut malah marah karena bajunya, namun, seperti yang telah ia sadari, ada sebuah chain mail yang ditutupi oleh bajunya.
Si gendut menarik kemudian mengayunkan pedang besar dari punggungnya.
“Mhh~ aku akan mati kalau aku menerima serangan dari depan, mengingat perlengkapanku yang seperti ini.
Dengan pertimbangan seperti itu, Hiiro pun menjaga jarak jarak dari Si Gendut.
“AKU AKAN MENGUBAHMU MENJADI DAGING CINCANG!!”
“Diam kau Babi! Ayo sini.”
“GRRR”
Si Gendut mengayunkan pedangnya sekuat tenaga. Hiiro tahu kalau tebasan berikutnya mengarah ke kepalanya, Hiiro lalu berjongkok untuk menghindari tebasan itu, kemudian ia menebas kaki Si Gendut tanpa basa-basi. Tapi pedangnya sekali lagi menebas metal.
“Oh man.. Si Babi ini memakai fullbody armour? WOW, sangat mengesankan dia masih bisa bergerak”
Normalnya, jika menggunakan fullbody armour, akan sangat sulit untuk berjalan. Tetapi Si Gendut ini bisa mengatasinya, walaupun gerakannya menjadi lamban, jadi dia pasti mempunyai kekuatan yang besar.
“Tapi itu tidak berarti jika ia tidak menyerang. Lagipula, aku pun bisa bertarung seperti ini.”
Sambil berkata demikian, Hiiro menyimpan pedangnya dan memainkan musuhnya dengan bergerak lincah.
“U-UH? Dimana? Dimana dia?”
Dengan kecepatan sebagai karakteristik bertarungnya, Hiiro sekarang berada di belakang Si Gendut. Musuhnya masih kebingungan mencari keberadaan Hiiro sekarang.
Hiiro mengkonsentrasikan kekuatan sihir ke ujung jarinya, ia lalu menulis kata di belakang Si Gendut. Setelah mengambil jarak, ia mengaktifkan sihirnya di dalam hati. Si Gendut kemudian berubah merah dan mulai berguling-guling di tanah.
“P-PANAAASS!! KENAPA INI!? PANAS SEKALII!!”
Dia kemudian merasa seperti terpanggang. Tidak hanya punggungnya, namun seluruh tubuhnya terasa sangat panas. Kata yang tertulis di punggungnya adalah panas’. Itu memang masih belum cukup untuk melelehkan chain mail milik Si Gendut, tetapi panas yang dirasakan itu cukup untuk membakar kulit dan daging miliknya.
Penduduk desa merasa heran karena tiba-tiba Si Gendut jatuh ke tanah.
“Oke. Semua beres.”
Sambil melirik Si Gendut, Hiiro pun tersenyum kusam.
“Guh… Pa-Panas.. apa yang kamu lakukan..?
Tak tahu… kamu tidak akan pernah tahu,Gendut.
Hiiro memukul Si Gendut di muka sembari mengatakan itu.
Si Gendut kemudian hilang kesadaran sementara badannya berasap. Saat itu, Hiiro mendengar suara yang sangat familiar baginya. ’Oh,mengalahkan mereka ternyata dapat EXP juga.’
Lalu ia mendekati Si Tiang Kering Kerontang dan merogoh saku miliknya.
“Ah, ketemu! Ini.
Sambil mengatakan itu, Hiiro memberikan benda yang ditemukannya dari saku milik Si Tiang Kering Kerontang pada kepala desa.
“jangan pernah menangis padaku untuk mendapatkan barang ini lagi.”
Yep, barang itu adalah lambang desa.
“Dan, panggil tentara untuk menghukum mereka berdua. Mereka tak akan bangun untuk sementara waktu, tapi kalian tetap harusmengikat  mereka dengan kuat dan benar.”
“Uhm..”
Kepala desa tidak mengerti apa yang terjadi, tapi ia kemudian tersenyum saat melihat kedua pembuat onar di kampungnya terbaring pingsan.
“OHHH..”
Dan kemudian..
“YEEAAYYYY!!!!”
Terdengar sorakan dari sekitarnya. Hiiro mengguman “Berisik..” dengan hanya satu matanya yang terbuka. Tetapi tidak ada orang yang menghiraunya.
Kepala desa lalu mengambil tangan Hiiro dan berterimakasih padanya sambil menitikkan air mata.
“Terima kasih, terima kasih banyak!”
Te-tentu.”
Panis datang menghampiri Hiiro.
“Kamu benar-benar adventurer yang luar biasa.”
“Aku tak mengerti, bukankah itu hanya merekanya saja yang lemah?”
Tidak, tidak... mereka berdua itu dikenal sebagai “Harios Bersaudara” dan mereka itu adventurer yang cukup hebat. Walaupun sikap mereka seperti itu.”
Hiiro mengangguk ringan, dia tidak tertarik dengan cerita Panis. Lalu ia melihat ke bawah, disana berdiri Nies.”Ahh.. kalau kamu kuat gitu, kamu seharusnya menolong kita dari awal.”
“Hey, Nies!”
Kepala desa memarahinya, tapi saat itu, semua yang ada disana terkejut akan perilaku Hiiro. Karena ia menjitak ringan kepala Nies.
“Oww! Apa yang kamu lakukan?!”
“Aku beri tahu kamu, aku itu bukan pahlawan. Aku tidak menolong orang dengan gratis. Orang tua ini berjanji memberikan hadiah jika aku mengalahkan mereka.”
“Wha..”
“Dengan kata lain, barang sekali pakai
“WHA!?”
Mengabaikan Nies yang terlihat terkejut, Hiiro kembali ke topic utama dengan Panis. Dengan kata lain topic hadiah.
“Sekarang, boleh aku melihat-lihat tokonya?”
“Y-ya, tentu saja.”
Panis menunjukkan senyuman kosong pada Nies, yang melihat Hiiro dengan berlinang air mata.
Kepala desa menawari Hiiro service tambahan, yaitu gratis menginap di penginapan, tentu saja Hiiro dengan senang hati menerima tawaran itu.
Setelah itu, ia pun pergi ke toko Panis, namun setiap kali dia bertemu dengan penduduk, mereka berterima kasih padanya. Awalnya Hiiro tidak diterima sedikitpun, tetapi sekarang dia sudah seperti tamu VIP.
Beberapa saat kemudian, Hiiro pun sampai di toko Panis.
“Ini toko saya.”
“Ohh, kamu punya armor juga, tidak hanya senjata.”
Berkeliling di toko, ia dengan teliti memeriksa semua produk yang ada.
“Jadi, kamu tadi bilang bahwa kamu akan memberikan senjata terbaikmu, tapi yang mana itu?”
Fufufu, saya senang kamu bertanya.”
Tawanya sedikit menganggu. Kemudian Panis kembali masuk ke dalam toko dan saat ia keluar, ia membawa sebuah pedang.
“Ini dia.”
“Oho..”
“Ini namanya ‘Piercer’.”
Pedang itu terlihat seperti katana dengan panjang yang samapula. Satu-satunya perbedaan adalah bilah pedang itu bersih jernih seperti es. Terlihat benar-benar indah.
“Ini adalah katana yang terfokus pada tusukan. Ini adalah jenis pedang yang asalnya dibuat oleh beberapa orang dari Gabranth. Tak seperti pedang yang dibuat oleh Humas yang lebih fokus pada memotong dengan sekuat tenaga, pedang ini punya bagian pedang utuk membelah dua musuh dengan kecepatan, bukan tenaga.”
Karena ia orang Jepang, tentu saja ia tahu semua itu, tetapi ia memilih untuk tetap diam.
“Tentu saja saya menjamin ketajaman dari pedang ini. seperti namanya, ini adalah katana yang bisa menusuk apa saja. Mungkin terlihat tipis, tapi sebenarnya pedang ini sangat kuat.”
“Dari mana kamu bias mendapatkan pedang seperti ini?”
“Dari kenalan. Saya menyimpan pedang ini karena ini akan saya buat menjadi pusaka keluarga.”
“Aku terkejut mereka berdua tidak mengambil pedang ini.”
“Huh? Aku menyembunyikan pedang ini di basement.”
Ia mengatakannya dengan bangga. Ini pasti sangat berharga baginya.
“Ini sungguh tidak masalah jika aku mengambil pedang ini? Dengan kata lain, bukan untuk dijual. Aku pikir kamu akan memberiku barang yang dijual di toko.”
Karena itu tidak ditunjukkan di toko, Hiiro pikir ini sudah pasti barang yang tidak dijual.
“Ya.. memang sedikit disayangkan, tapi saya rasa, saya bisa mempercayakan ini padamu.”
“…Bukankah kamu memberiku terlalu banyak? Aku mengalahkan mereka karena aku ingin. Seperti yang aku katakan tadi, aku bukan pahlawan.”
“Itu tidak masalah.”
“Mh?”
Kamu menyelamatkan desa ini. Kami sudah sungguh senang karena itu, tidak peduli kamu itu pahlawan atau bukan.”
Hiiro melihat ke pedang sekali lagi dan ia bertanya sekali lagi.
“.. Bolehkah?”
“Tentu saja, ambil.”
“Oke, terima kasih.”
Mengatakan itu, ia menerima “Piercer”. Saat ia memegang pedang ini untuk pertama kalinya, pedang itu seperti menempel di tangannya seperti ia pernah memakai pedang ini untuk waktu yang lama. Saat ia menyimpan pedang itu di pinggangnya, itu terlihat sangat pas. Mukanya kemudian terlihat sangat senang.
Sebagai lelaki Jepang, tentu saja akan sangat senang jika memiliki katana menggantung di pinggangnya.
‘Aku sungguh beruntung.’
Dia mendapat level dan menemukan pedang bagus, dia tidak punya sesuatu untuk dikeluhkan. Setelah berterima kasih pada Panis sekali lagi, ia meninggalkan toko dan kembali ke penginapan seperti tidak ada yang terjadi hari ini.
Tapi di jalan ia kembali, ada seseorang yang menghalangi jalannya.
“Tuan, punya waktu?”
Itu adalah Nies. Dia marah ketika Hiiro mengeluh.
“…Hah?”
“Lagi!”
Hiiro ingin mengatakan kepadanya untuk tidak menunjuk kepada orang lain, tetapi itu tidak akan ada akhirnya jika ia mengindahkannya., jadi ia ingin mengakhirinya secepat mungkin.
“Oke, apa yang kamu mau, Bocah?”
“Jangan panggil aku bocah! Aku sudah berumur 7 tahun tahu!!”
“Ya-ya.. Bocah.”
“Gr~!”
“…Hah, jadi ada apa?”
Beri tahu aku namamu.”
“..Huh?”
“Namamu! Ayahku menyuruhku untuk menanyakan namamu!”
“Ayahmu? Siapa dia?”
“Kepala desa.”
“…Kamu.. anaknya?”
“Fufu, menakjubkan kan?”
Nies mengatakannya dengan nada penuh bangga, tapi Hiiro tidak sedikitpun merasa iri.
“Ah, tentu, tentu. Sangat hebat~ Aku sangat terkejuut~ Wuihh hebat~”
“.... Kamu tidak mengatakannya dengan hati.
“Aw..”
“Kamu baru saja mengakuinya?!
Dia terkejut hingga mulutnya menganga, tapi jika keadaannya seperti ini, akan memakan waktu yang sangat lama, jadi Hiiro memutuskan lebih baik untuk meberi tahukan namanya.
“Aku Hiiro. Hiiro Okamura.”
Pahlawan.. sangat hebat!” (ED note: di sini sebenarnya Nies terkagum dengan nama Hiiro yang juga bisa diartikan sebagai ‘pahlawan’ <hero red.>)
Hiiro terlihat bingung karena ia tidak tau kenapa mata Nies tiba-tiba terlihat berkilau.
“Aku mengerti~Pahlawan~”
“… Akutak mengerti ada apa denganmu, tetapi seharusnya kamu memberi tahukan  ini kepada kepala desa kan? Seharusnya kamu pergi sekarang.”
“Ah, benar! Ayah sedang sibuk mengikat pembuat onar itu! Sampai jumpa, Tuan!”
“Tentu, tentu.”
Nies pergi sambil melambaikan tangannya, Hiiro berpikir betapa enaknya jadi muda kembali. Walaupun ia sendiri masih berusia 17 tahun.
Lalu ia kembali ke penginapan dan ia dilayani benar-benar berbeda dari sebelumnya.
Dia disuguhi dengan makan malam mewah walaupun ia tidak memesan itu, dan untuk beberapa saat ia terlihat sangat bersyukur untuk itu, dia membayangkan personalitynya menjadi seperti itu yang membuat ia terlihat menjijikkan, jadi ia menggelengkan kepalanya.
Setelah beberapa sat, Nies datang bersama kepala desa. Kepala desa datang untuk berterima kasih secara formal padanya karena ia sangat sibuk tadi.
Karena semua penduduk desa akan menghujaninya dengan terima kasih kalau ia berjalan-jalan berkeliling desa, jadi Hiiro memilih diam di kamarnya, karena ia merasa terganggu. Fisiknya memang tak kelelahan, tetapi mentalnya yang kelelahan.
Ia lalu mengecek <<Statusnya>>.

Hiiro Okamura
Level
20
Hp
320/320
Mp
900/900
Exp
5672
Atk
139(200)
Def
100(115)
Agi
210(212)
Hit
112(120)
Int
189(193)

Magic Attribute None
Magic Word Magic (Single Chain Unlocked, Air Writing Unlocked)
Title Innocent Bystander, World Traveller, Word Master, Awakened One, Ripper









- Copyright © Atherrea Translation - Blogger Templates - Powered by Blogger