Posted by : Unknown
12 Juni 2015
Chapter 20 selesai
maaf lama, baru selesai Ujian aku :3,
chapter ini belum kuedit, laptop kena musibah nih , dia berenang ga pemanasan dulu, jadi keyboardnya keram deh :v, ini juga pake virtual keyboard :'(
makanya mungkin sekitar 1 bulan lebih aku hiatus , nunggu laptop bener+(nunggu duit dulu gan :v)
tapi tenang, ada translator baru kok, santai saja :3
Yasudah, Enjoy Reading :3
TL: Niconeko
ED: -
maaf lama, baru selesai Ujian aku :3,
chapter ini belum kuedit, laptop kena musibah nih , dia berenang ga pemanasan dulu, jadi keyboardnya keram deh :v, ini juga pake virtual keyboard :'(
makanya mungkin sekitar 1 bulan lebih aku hiatus , nunggu laptop bener+(nunggu duit dulu gan :v)
tapi tenang, ada translator baru kok, santai saja :3
Yasudah, Enjoy Reading :3
TL: Niconeko
ED: -
(TL NOTE
: Sama seperti chapter sebelumnya, sudut pandang Hiiro dibuat miring, sementara
sudut pandang author tetep. Happy reading~)
Batasan dari Word Magic
Hiiro menatap Babi Hutan Merah itu sekali lagi.
Untuk
melawan monster ranking S , biasanya kau harus menjadi adventurer
ranking S atau lebih. Kalau tidak, tingkat bahayanya akan menjadi terlalu
tinggi. Akan tetapi, pengalaman pertamanya melihat monster unik ini membuat
rasa penasaran Hiiro ikut memuncak.
“Hoi pak Tua, apa rankingmu?” (Hiiro)
“Aku? Ranking C.” (Arnold)
“Hm, tinggi juga.” (Hiiro)
“Bagaimana denganmu?” (Arnold)
“Mungkin E… oh aku sudah D.” (Hiiro)
“Aku? Ranking C.” (Arnold)
“Hm, tinggi juga.” (Hiiro)
“Bagaimana denganmu?” (Arnold)
“Mungkin E… oh aku sudah D.” (Hiiro)
Terakhir
kali Hiiro memeriksa Guild Card nya, kartunya menunjukkan bahwa ia sudah
ranking D. Sepertinya
dengan melawan monster seperti biasa akan menaikkan rankingnya.
“C dan D… dilihat darimanapun, kita berdua tidak akan
bisa mengalahkan seekor S.” (Hiiro)
“Begitukah?” (Hiiro)
“Begitukah?” (Hiiro)
Tidak
seperti Arnold, Hiiro tidak terlihat bingung sedikitpun. Tapi ia tetap merasakan hawa mengintimidasi
dari Babi Hutan itu.
“K-kita harus segera lari. Kita sedang
membawa Muir.” (Arnold)
“Mengapa kita harus melakukannya? Kita kan hanya tinggal mengalahkannya.” (Hiiro)
“Jangan mengatakan hal yang tidak mungkin! Ranking S itu lebih kuat daripada yang kau pik-” (Arnold)
“Mengapa kita harus melakukannya? Kita kan hanya tinggal mengalahkannya.” (Hiiro)
“Jangan mengatakan hal yang tidak mungkin! Ranking S itu lebih kuat daripada yang kau pik-” (Arnold)
Sebelum Arnold menyelesaikan
kalimatnya,Babi Hutan Merah itu mulai menyerbu. Kecepatannya melebihi kecepatan
monster – monster yang pernah mereka temui sebelumnya. Seketika itu juga, Hiiro
menendang dada Arnold, agar Arnold terhindar dari arah serbuan Babi Hutan itu.
“Ow! Sial! Cepat sekali!” (Arnold)
Arnold mulai mengeluh, tapi Hiiro kebalikannya.
(Luar biasa. Jadi ini ranking S…)
Babi
Hutan Merah itu sudah mulai mengambil kuda – kuda bertarung. Auranya cukup menunjukkan
bahwa dia sangat kuat. Terlebih lagi, setelah mereka menghindari serangan
pertamanya, Babi Hutan itu menabrak pohon besar; akan tetapi, yang mengalami
kerusakan adalah pohon itu. Babi Hutan itu selamat tanpa luka sedikitpun.
(Kulit dan gadingnya kelihatan sangat keras.
Kalau tadi aku tidak menghindar dan menerima serangannya tadi, HP (Health
Point) ku bisa turun menjadi 0)
Kalau
ini adalah sebuah game, mungkin ia masih bisa bertahan, tapi di dunia nyata,
serbuan seperti itu akan menyebabkan kematian seketika. Hiiro mengerutkan dahi,
berpikir mana efek yang akan terjadi di dunia ini. Tapi apapun efeknya, ia
tentu saja lebih memilih untuk menghindari rasa sakit.
“O-oy, kabur Hiiro! Muir, kau juga!” (Arnold)
Muir bergetar ketakutan, mengintip dari tempat
persembunyiannya di balik pohon.
Babi Hutan Merah itu
menatap kami lagi.
“Baiklah, aku akan membunuh monster itu.” (Hiiro)
“J-jangan bodoh! Tidak mungkin kau bisa mengalahkannya!” (Arnold)
“Diamlah. Bagiku, tidak ada yang tidak mungkin.” (Hiiro)
“Demi Tuhan-! Dari mana rasa percaya diri itu, hah! Lihat, dia datang lagi!” (Arnold)
“J-jangan bodoh! Tidak mungkin kau bisa mengalahkannya!” (Arnold)
“Diamlah. Bagiku, tidak ada yang tidak mungkin.” (Hiiro)
“Demi Tuhan-! Dari mana rasa percaya diri itu, hah! Lihat, dia datang lagi!” (Arnold)
Arnold menghindarinya dengan melompat ke samping,
tapi Hiiro tidak
bergerak se-inchi pun.
“I-idiot! Menghindar!” (Arnold)
Tanah
mulai bergetar, dan duri semacam kaktus mulai keluar dan berusaha menusuk Babi
Hutan itu... tapi tidak ada yang terkena sedikitpun.
“AP-!?” (Hiiro)
Duri –
duri itu hancur ketika mengenai kulit Babi Hutan itu. Dan serangannya juga
tidak menjadi pelan sedikitpun.
“Sial.” (Hiiro)
Hiiro berpikir untuk menghindari serangan itu
dengan jalan melambatkannya dari tanah, akan tetapi ia sangat kesal mengetahui
bahwa serangannya sama sekali tidak menimbulkan efek. Ia terlambat menghindar
sedetik, dan tangan kirinya mengenai Babi Hutan itu. Tubrukan ringan menjalar ke seluruh tubuhnya, dan membuatnya
terlempar ke tanah.
“Ugh-!?” (Hiiro)
Tubuhnya
terkena rasa sakit seketika.
“Hiiro!” (Arnold)
Arnold memanggilnya, tapi Hiiro tidak punya waktu untuk menjawabnya. Sambil
mengabaikan rasa sakitnya, ia langsung berdiri. Akan tetapi, ia berdiri terhuyung
– huyung.
“Sialan ini… Kau benar – benar kuat ternyata.” (Hiiro)
Ia
menatap tajam Babi Hutan Merah di depannya itu.
(Sempurna, ada kata – kata yang sudah kutunggu untuk
kucoba. Akan kugunakan pada monster ini.)
Hiiro mengkonsentrasikan sihir di jarinya dan
mulai menulis suatu kata. Jarinya susah bergerak, dan entah kenapa, membutuhkan
waktu lama untuk menuliskannya. Di selang waktu itu, Babi Hutan itu sudah mulai
melancarkan serangan berikutnya. Monster itu melepas gadingnya dan mengirimnya
langsung pada Hiiro.
(Monster ini bahkan bisa melakukannya!?)
Hiiro berhasil menghindari gading terbang itu,
tapi Babi Hutan itu sudah mulai berlari ke arahnya lagi. Monster itu sama
sekali tidak memberinya kesempatan untuk menulis apapun.
Tiba -
tiba, Arnold mengempaskan tubuhnya ke sisi panggul Babi itu. Monster itu menahan kakinya
agar ia tidak jatuh, tapi akibatnya serangannya terhenti.
“Ha! Kau lihat? Itu adalah-” (Arnold)
Mata
milik Babi Hutan itu menyala marah menatap Arnold.
“Ah, um, itu…” (Arnold)
Ketika
Arnold menghadapi monster itu, Hiiro berusaha segera menulis kata - katanya.
(Sial! Ayo bergerak jari – jariku !)
Tapi
jari – jarinya bergetar dan ia tidak bisa menulis dengan baik. Ini membuatnya
semakin kesal. Ketika ia berusaha menulis, Babi Hutan itu menyerang Arnold.
“Uhyaa!” (Arnold)
Arnold
menghindarinya dengan melompat ke samping. Tapi kemudian gading terbang sudah
mengarah padanya. Ia menggunakan pedang besarnya untuk melindungi dari serangan
gading itu, tapi efeknya sendiri membuat ia melayang.
“Akkh! … S-sudah kuduga. Ini terlalu
ku….”
(Arnold)
Arnold memasang ekspresi kesakitan di wajahnya,
saat ia menatap lawannya yang sama sekali belum mendapat kerusakan.
(Sedikit… Sedikit lagi dan….. Selesai!)
Hiiro
menyelesaikan katanya, dan sekarang yang harus ia lakukan adalah mengenai Babi
Hutan itu dengan kata yang sudah ditulisnya. Tapi jaraknya dengan Babi Hutan
itu terlalu jauh. Dari jarak ini, kesempatan untuk meleset sangat besar.
“Pak Tua!” (Hiiro)
“A-apa hah! Apakah akhirnya kau memutuskan untuk kabur?” (Arnold)
“Kau menghalangi, pergi.” (Hiiro)
“Ap-!” (Arnold)
“A-apa hah! Apakah akhirnya kau memutuskan untuk kabur?” (Arnold)
“Kau menghalangi, pergi.” (Hiiro)
“Ap-!” (Arnold)
Hiiro membutuhkan
Babi Hutan itu untuk memfokuskan serangannya pada Hiiro saja, jadi dengan
adanya Arnold di sana akan menghalangi fokus Babi Hutan itu.
“Apa yang kau katakan!” (Arnold)
“Jangan khawatir, sembunyi saja dengan si pendek itu. Aku akan mengurus sisanya.” (Hiiro)
“… aku tidak bisa- Uwaah!” (Arnold)
“Jangan khawatir, sembunyi saja dengan si pendek itu. Aku akan mengurus sisanya.” (Hiiro)
“… aku tidak bisa- Uwaah!” (Arnold)
Gading
dari Babi Hutan Merah itu mengarah pada Arnold dan ia melompat ke samping untuk
menghindarinya. Arnold melihat wajah Hiiro, melihat tujuan dan tekadnya. Karena
berpikir bahwa Hiiro punya rencana, Arnold menurut dan kabur dari area itu.
“Sekarang kemari, monster sialan. Datanglah
padaku!!” (Hiiro)
Dan
seperti mendengar kalimat provokasi dari Hiiro, Babi Hutan Merah itu menatap
Hiiro dengan marah dan mulai menendang - nendang tanah. Dengan tendangan
terakhir, ia mulai berlari ke arah Hiiro
dengan kecepatan luar biasa.
Hiiro mengarahkan jarinya ke arah Babi Hutan itu,
dan membuat gerakan seolah sedang menekan pelatuk pistol.
(Terima ini!)
Babi
Hutan itu terlihat terkejut selama beberapa detik ketika ada kata – kata yang
melayang ke arahnya, tapi ia tetap percaya diri dan tidak menghindar. Hasilnya,
kata – kata itu langsung mengenai Babi Hutan itu, dan...
Whomp!
Seperti
kehilangan semua energi dan kekuatannya, Babi Hutan itu jatuh ke tanah.
Momentum dari serangannya tadi membuatnya terseret di tanah selama beberapa
inchi sebelum akhirnya ia berhenti.
(Bagus, ini berhasil.)
Setelah
melihat keadaan, Arnold dan Muir yang tadi bersembunyi
menghampiri Hiiro.
“O-oy, Hiiro. Apa yang kau lakukan padanya?” (Arnold)
“Ah? Aku membuatnya tertidur.” (Hiiro)
“Tidur!? B-bagaimana kau bisa… ah, sihir curangmu itu.” (Arnold)
“Yeah.” (Hiiro)
“Ah? Aku membuatnya tertidur.” (Hiiro)
“Tidur!? B-bagaimana kau bisa… ah, sihir curangmu itu.” (Arnold)
“Yeah.” (Hiiro)
Arnold memperhatikan sesuatu yang aneh darinya.
Normalnya, Hiiro akan membuat sikap sombong setelah menyelesaikan monster, tapi
sepertinya hati Hiiro sekarang entah dimana.
Hiiro menatap Babi Hutan yang tertidur itu.
(Aku membuatnya tertidur. Itu bagus. Tapi aku
membutuhkan waktu terlalu lama untuk melakukannya.)
Tidak
seperti biasanya, dia membutuhkan waktu 30 detik untuk
menuliskan satu kata.
(Karena aku menggunakan sihir untuk merubah
keadaan targetku secara paksa, apakah tadi itu ≪Rebound≫? Mengubah keadaan makhluk hidup selain
diriku sendiri sepertinya menghasilkan efek itu. Menulis [Sleep(眠)] saja
membutuhkan usaha sebanyak ini. Apa yang akan diambil kata – kata [Death(死)]?…)
Ketika
ia memikirkannya, ia merasakan getaran menjalar di seluruh tubuhnya.
(Tidak, selama aku tetap membayangkan
gambaran dari [Death (死)] dalam otakku, aku tidak
akan mendapat ≪Rebound≫. Bahkan untuk kata [Sleep(眠)], tidak seperti ≪Rebound≫, ini hanya terasa susah untuk menuliskannya.
Sepertinya beberapa kata memang membutuhkan kompensasi tersendiri. Hmm, aku
penasaran, apakah kata yang berbeda juga membutuhkan perlakuan yang berbeda.)
Yap,
sebuah ≪Rebound≫ itu bermaksud
untuk memberikan bencana bagi seseorang apabila ia tidak memfokuskan kekuatan
sihirnya dengan benar. Tapi kali ini, kecepatan menulisnya hanya menurun. Itu
tidak terasa seperti ≪Rebound≫.
( [Needle (針)』dan [Hard(硬)] memiliki batas ruang 4 tatami (6.61 m2). Tidak peduli seberapa keras aku membayangkan efeknya, area itu adalah
batasnya. Pasti ada batasannya. Jadi, setiap kata memiliki batasan tersendiri.
Cukup itu yang kubutuhkan saat ini. Dan untuk sekarang …)
Hiiro berjalan ke arah Babi Hutan yang tertidur
itu. Efek itu
hanya bertahan satu menit, jadi ia akan segera bangun.
“Aku akan mengambil nyawamu sekarang.”
Hiiro
mencoba mendorong “Piercer” ke dalam tubuh monster itu, tapi untuk
menembusnya sangat susah. Seperti yang diduga dari monster ranking S.
“Ha!”
Ia
menggunakan seluruh kekuatannya, dan akhirnya pedang itu menembus kulit Babi
Hutan itu. Babi Hutan Merah itu menggeram hebat kemudian mati.
Beeeeeep. Suara yang sudah lama tidak terdengar tiba
– tiba menggema di telinganya. Hiiro memeriksa statusnya.
–
Hiiro Okamura
|
Level 33
|
HP:
102/610
|
MP: 123/1290
|
EXP:
33089
|
NEXT: 4210
|
ATX: 216
(278)
|
DEF: 165
(180)
|
AGL: 301
(303)
|
HIT: 164
(172)
|
INT: 267 (271)
|
|
≪Magical
Attribute≫
|
|
None
|
|
≪Magic≫
|
|
-Word Magic
(Single Chain
Unlocked)
(Air Word
Unlocked)
(Parallel
Writing Unlocked)
|
|
≪Titles≫
|
|
-Uninvolved Bystander, World Traveller, Word User,
The Awakened One, Ripper, The One Who Imagines, Killer of The Unique, Gourmet Bastard, One
Who Follows his Own Path
|
ditunggu update selanjutnya min =3=)/
BalasHapus“C dan D… dilihat darimanapun, kita berdua tidak akan bisa mengalahkan seekor S.” (Hiiro)
BalasHapusBukannya seharusnya bagiannya Arnold.