Posted by : Unknown
12 April 2015
Dobel Update!!!
Maap lama ga post, lagi kaga ada kuota aku...
Sekarang kebetulan aku ada kuota, aku langsung ngepost..
Chapter 11&12 ini ditranslate dan diedit oleh TLCAlttab
Selamat Membaca!
Maap lama ga post, lagi kaga ada kuota aku...
Sekarang kebetulan aku ada kuota, aku langsung ngepost..
Chapter 11&12 ini ditranslate dan diedit oleh TLCAlttab
Selamat Membaca!
Chapter 12 :
Keinginan Melahap Daging
“Torchu Mountain Range” adalah tempat demon berkumpul. Protagonis
kita, Hiiro Okamura, harus melewati tempat itu untuk mencapai “Surge”, kota destinasinya dan yang terjadi adalah
ia …
“UWAAAAH!”
berlari sekuat tenaga. Alasannya adalah karena sejumlah besar demon di belakangnya sedang mengejarnya.
“UWAAAAH!”
berlari sekuat tenaga. Alasannya adalah karena sejumlah besar demon di belakangnya sedang mengejarnya.
“S-Sial! Siapa yang mengira kalau itu adalah ‘Torchu Disaster Plant’!”
Hiiro bergelincir di antara celah tebing, bersembunyi, dan membiarkan para demon itu lewat.
Hiiro bergelincir di antara celah tebing, bersembunyi, dan membiarkan para demon itu lewat.
Bagaimana bisa
menjadi seperti ini?
Akhirnya Hiiro
sampai di Mountain Range, dan menyadari bahwa persediaan makanannya telah
habis. Ketika ia sedang menjelajahi tempat itu, ia menemukan tanaman yang tumbuh
di pinggir jalan. Tanaman itu menghasilkan buah yang mengeluarkan aroma manis
seperti strawberry. Terlebih lagi, buah itu tergolong berukuran besar jadi ia
memetik tumbuhan itu, untuk dijadikan makanan.
Akan tetapi,
bagian terbawah tanaman itu bukanlah akar, melainkan bentuk menakutkan menyerupai
kaki manusia yang terbuat dari kayu. Tumbuhan itu mulai mengeluarkan jeritan
nyaring, dan membuat jantung Hiiro hampir berhenti berdetak.
Dan kemudian ia
mengingat kata – kata wanita di konter Guild soal demon yang bernama “Torchu Disaster Plant”.
“Torchu Disaster Plant” bukanlah tumbuhan, melainkan demon seutuhnya. Saat ia dicabut dari tanah, ia akan menjerit nyaring dan menarik perhatian demon – demon lain di dekatnya.
Tidak mengetahui kalau benda yang barusan dipetiknya adalah “Torchu Disaster Plan”, Hiiro membeku di tempat sementara sekumpulan besar demon berdatangan ke arahnya dengan cepat.
“Torchu Disaster Plant” bukanlah tumbuhan, melainkan demon seutuhnya. Saat ia dicabut dari tanah, ia akan menjerit nyaring dan menarik perhatian demon – demon lain di dekatnya.
Tidak mengetahui kalau benda yang barusan dipetiknya adalah “Torchu Disaster Plan”, Hiiro membeku di tempat sementara sekumpulan besar demon berdatangan ke arahnya dengan cepat.
(Oh man, dunia ini benar – benar menarik)
Walaupun sempat berpikir begitu, ia menahan napas dan memeriksa keadaan sekitar untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sepertinya demon yang mengejarnya sudah hilang.
“Fuh. Kupikir aku bisa mengalahkan mereka, tapi banyak sekali demon yang bermunculan di saat yang bersamaan...”
Ada lebih dari 10 demon yang tadi mengejarnya. Untuk saat itu, sebuah keputusan yang tepat untuk bersembunyi.
Hiiro kembali berjalan dan mengingatkan diri sendiri untuk berhati – hati terhadap “Torchu Disaster Plant” mulai sekarang.
“Tetap saja, aku lapar.”
Terlebih lagi ia baru saja berlari. Hiiro mencari sesuatu yang bisa dimakan tanpa henti dan tiba – tiba mencium aroma makanan dari suatu tempat.
“Baiklah, akan kuperiksa.”
Ia bergerak menuju arah bau enak itu berasal. Setelah beberapa saat, ia menemukan sungai kecil dan sejumlah ikan yang sedang dipanggang di atas api di pinggir sungai. Aroma ikan itu membangkitkan rasa laparnya.
Hiiro memeriksa sekitar area itu, mencari orang yang memiliki ikan itu, sambil menahan air liurnya. Tapi sejauh ini, tidak ada siapa – siapa. Setidaknya itu pemikirannya.
“Mhm~”
Tidak ada siapapun. Ikan panggang yang terlihat enak di depannya. Perut yang kosong. Sekali lagi, tidak ada siapapun.
“…..Waktunya makan.”
Hiiro tidak bisa menahan diri lagi. Sesaat setelah ia mencoba mengambil ikan itu,
“Pergiiiiiii!”
Walaupun sempat berpikir begitu, ia menahan napas dan memeriksa keadaan sekitar untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sepertinya demon yang mengejarnya sudah hilang.
“Fuh. Kupikir aku bisa mengalahkan mereka, tapi banyak sekali demon yang bermunculan di saat yang bersamaan...”
Ada lebih dari 10 demon yang tadi mengejarnya. Untuk saat itu, sebuah keputusan yang tepat untuk bersembunyi.
Hiiro kembali berjalan dan mengingatkan diri sendiri untuk berhati – hati terhadap “Torchu Disaster Plant” mulai sekarang.
“Tetap saja, aku lapar.”
Terlebih lagi ia baru saja berlari. Hiiro mencari sesuatu yang bisa dimakan tanpa henti dan tiba – tiba mencium aroma makanan dari suatu tempat.
“Baiklah, akan kuperiksa.”
Ia bergerak menuju arah bau enak itu berasal. Setelah beberapa saat, ia menemukan sungai kecil dan sejumlah ikan yang sedang dipanggang di atas api di pinggir sungai. Aroma ikan itu membangkitkan rasa laparnya.
Hiiro memeriksa sekitar area itu, mencari orang yang memiliki ikan itu, sambil menahan air liurnya. Tapi sejauh ini, tidak ada siapa – siapa. Setidaknya itu pemikirannya.
“Mhm~”
Tidak ada siapapun. Ikan panggang yang terlihat enak di depannya. Perut yang kosong. Sekali lagi, tidak ada siapapun.
“…..Waktunya makan.”
Hiiro tidak bisa menahan diri lagi. Sesaat setelah ia mencoba mengambil ikan itu,
“Pergiiiiiii!”
Perasaan
membunuh yang kuat terasa di belakang punggungnya, jadi ia melompat ke samping
dengan cepat. Di tempat ia duduk tadi, berdiri seorang pria yang menusukkan tongkat
kayu ke tanah. Sepertinya pria itu ingin menusuk Hiiro,
namun ia meleset.
“Pergi! Aku tidak akan memberikanmu sedikitpun! Itu makananku!”
Sambil mengatakan hal itu, ia menunjuk Hiiro dengan tongkatnya selayaknya ia menunjuk dengan jari. Pria itu memiliki rambut pendek kebiruan yang berkibar. Ia terlihat berumur sekitar 30 tahunan. Walaupun tertutup baju baja, masih bisa terlihat bahwa badannya berotot.
Pria itu membawa sarung pedang di punggungnya, yang membuat Hiiro berpikir bahwa ia akan mendapat masalah kalau sampai pria ini mengambil pedangnya.
(Tetap saja…)
Perut Hiiro bergemuruh ketika ia menatap ikan itu.
“Hei kau! Beri tahu namamu! Mencoba mengambil makanan dari Arnold yang hebat adalah hal yang tidak bisa dimaafkan! Sebutkan namamu!”
Dengan mata setengah tertutup, Hiiro berpikir : Orang ini benar – benar menyusahkan.
“Aku tidak memiliki apa – apa untuk kuberikan padamu! Sebutkan namamu dan pergilah!”
Sepertinya ia harus tetap memberikan namanya apapun yang terjadi, tapi ia mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan.
“……..Mh, pertama, dengarkan aku dulu.”
“Pergi! Aku tidak akan memberikanmu sedikitpun! Itu makananku!”
Sambil mengatakan hal itu, ia menunjuk Hiiro dengan tongkatnya selayaknya ia menunjuk dengan jari. Pria itu memiliki rambut pendek kebiruan yang berkibar. Ia terlihat berumur sekitar 30 tahunan. Walaupun tertutup baju baja, masih bisa terlihat bahwa badannya berotot.
Pria itu membawa sarung pedang di punggungnya, yang membuat Hiiro berpikir bahwa ia akan mendapat masalah kalau sampai pria ini mengambil pedangnya.
(Tetap saja…)
Perut Hiiro bergemuruh ketika ia menatap ikan itu.
“Hei kau! Beri tahu namamu! Mencoba mengambil makanan dari Arnold yang hebat adalah hal yang tidak bisa dimaafkan! Sebutkan namamu!”
Dengan mata setengah tertutup, Hiiro berpikir : Orang ini benar – benar menyusahkan.
“Aku tidak memiliki apa – apa untuk kuberikan padamu! Sebutkan namamu dan pergilah!”
Sepertinya ia harus tetap memberikan namanya apapun yang terjadi, tapi ia mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan.
“……..Mh, pertama, dengarkan aku dulu.”
“Tak perlu berlagak benar, pencuri! Aku tidak akan tertipu! Ini makananku!
Aku juga yang menangkapnya!”
Pria itu menegaskan kalimatnya dengan membusungkan dada.
“Jadi.., ikan – ikan ini milikmu?”
“Yeah! Memangnya kenapa?!”
“Okay, berikan padaku.”
“Jangan membodohiku!”
“Aku kelaparan, jadi berikan saja padaku.”
“G- Grrr! Sangat menuntut. Bagaimana cara orang tuamu membesarkanmu, bocah sialan!”
“Siapa yang peduli. Ah, pertama, berikan ikan itu padaku, pria tua pemarah.”
“Apa katamu! Siapa yang kau bilang pemarah,hah!”
Ia terlihat sangat marah, dan membuatmu berpikir kalau ia akan meledak kalau ia lebih marah. Sesaat ketika Hiiro berpikir bahwa pria di depannya ini akan berubah wujud, seseorang keluar dari semak – semak.
“P- Paman…”
Seseorang itu ternyata adalah gadis kecil berusia sekitar 10 tahun. Gadis itu memiliki rambut silver sepanjang bahu dan ia memakai penutup kepala dari wol yang menyembunyikan rambutnya.
Matanya yang besar memiliki pupil berwarna biru terang. Tapi sekarang ini mata jernih itu dipenuhi kecemasan dan tubuh kecilnya bergetar ketakutan.
“O- Oh, Muir~! Tunggu sebentar! Aku hendak mengajari bajingan ini dengan tinju cintaku sekarang!”
Entah mengapa pria itu salah tingkah dan berkata aneh, tapi Hiiro menatap gadis kecil di sampingnya, yang langsung bersembunyi di belakang pria itu ketakutan.
“……..Hah. Aku paham.”
“Mh? Apa yang kau pahami, bocah?”
“Aku tidak meminta semua ikannya. Bagi saja denganku sedikit.”
“Apa kau tidak tahu bagaimana cara meminta dengan sopan, hah!”
“Huh? Aku tidak mau berkompromi lebih jauh lagi.”
“Bukan tempatmu untuk mengatakan hal itu!”
Pria itu menggenggam tongkatnya kuat – kuat. Ia dipenuhi rasa permusuhan yang kuat. Kemudian ia menyerang Hiiro dengan kecepatan yang mengagumkan. Hiiro bergeser ke samping, menghindari serangan tongkat dari lawannya.
(Cepat sekali… Dan ini masih belum tingkat serius.)
Sambil menghindar, Hiiro menghitung kekuatan lawannya dengan memperhatikannya dengan seksama. Tapi lawannya juga melakukan hal yang sama.
Pria itu menegaskan kalimatnya dengan membusungkan dada.
“Jadi.., ikan – ikan ini milikmu?”
“Yeah! Memangnya kenapa?!”
“Okay, berikan padaku.”
“Jangan membodohiku!”
“Aku kelaparan, jadi berikan saja padaku.”
“G- Grrr! Sangat menuntut. Bagaimana cara orang tuamu membesarkanmu, bocah sialan!”
“Siapa yang peduli. Ah, pertama, berikan ikan itu padaku, pria tua pemarah.”
“Apa katamu! Siapa yang kau bilang pemarah,hah!”
Ia terlihat sangat marah, dan membuatmu berpikir kalau ia akan meledak kalau ia lebih marah. Sesaat ketika Hiiro berpikir bahwa pria di depannya ini akan berubah wujud, seseorang keluar dari semak – semak.
“P- Paman…”
Seseorang itu ternyata adalah gadis kecil berusia sekitar 10 tahun. Gadis itu memiliki rambut silver sepanjang bahu dan ia memakai penutup kepala dari wol yang menyembunyikan rambutnya.
Matanya yang besar memiliki pupil berwarna biru terang. Tapi sekarang ini mata jernih itu dipenuhi kecemasan dan tubuh kecilnya bergetar ketakutan.
“O- Oh, Muir~! Tunggu sebentar! Aku hendak mengajari bajingan ini dengan tinju cintaku sekarang!”
Entah mengapa pria itu salah tingkah dan berkata aneh, tapi Hiiro menatap gadis kecil di sampingnya, yang langsung bersembunyi di belakang pria itu ketakutan.
“……..Hah. Aku paham.”
“Mh? Apa yang kau pahami, bocah?”
“Aku tidak meminta semua ikannya. Bagi saja denganku sedikit.”
“Apa kau tidak tahu bagaimana cara meminta dengan sopan, hah!”
“Huh? Aku tidak mau berkompromi lebih jauh lagi.”
“Bukan tempatmu untuk mengatakan hal itu!”
Pria itu menggenggam tongkatnya kuat – kuat. Ia dipenuhi rasa permusuhan yang kuat. Kemudian ia menyerang Hiiro dengan kecepatan yang mengagumkan. Hiiro bergeser ke samping, menghindari serangan tongkat dari lawannya.
(Cepat sekali… Dan ini masih belum tingkat serius.)
Sambil menghindar, Hiiro menghitung kekuatan lawannya dengan memperhatikannya dengan seksama. Tapi lawannya juga melakukan hal yang sama.
(Mhm, bocah ini memiliki gerak yang bagus)
Arnold memang hanya mengetesnya, dan ia menyimpulkan bahwa Hiiro cukup hebat karena mampu menghindari serangannya di saat pertama ia mendapatkannya. Kemudia dua orang itu saling menatap di kejauhan.
Arnold memang hanya mengetesnya, dan ia menyimpulkan bahwa Hiiro cukup hebat karena mampu menghindari serangannya di saat pertama ia mendapatkannya. Kemudia dua orang itu saling menatap di kejauhan.
Hiiro memegang erat pegangan pedang “Piercer” nya. Pria itu juga meraih pegangan pedang yang ada
di punggungnya. Keheningan dan ketegangan berada di area itu, ketika kemudian
terdengar suara jeritan. Suara itu berasal dari gadis yang bernama Muir tadi.
Tiga Barbarous Kong, demon berjenis gorilla yang berukuran besar, muncul di belakang gadis itu. Mereka mungkin bisa mencapai tempat ini karena terpancing bau ikan panggang. Kelihatannya mereka siap menyerang gadis kecil itu kapan saja.
“MUIIIIIIIIIR!”
Pria itu menarik pedangnya dan langsung menyerang salah satu dari demon gorilla itu. Kecepatannya sudah lebih mengagumkan dari kecepatannya ketika ia menyerang Hiiro tadi. Para gorilla itu terkejut seperti tersetrum.
Arnold berhasil memotong lengan gorilla yang mencoba mengambil Muir dengan menekankan serangannya di ayunan pedangnya.
“GUAAAAH!?”
Sambil memancarkan darah, gorilla itu mengayunkan tangannya yang lain, namun pria itu menangkisnya dengan pedangnya. Susah payah ia melindungi Muir di belakangnya.
Tiga Barbarous Kong, demon berjenis gorilla yang berukuran besar, muncul di belakang gadis itu. Mereka mungkin bisa mencapai tempat ini karena terpancing bau ikan panggang. Kelihatannya mereka siap menyerang gadis kecil itu kapan saja.
“MUIIIIIIIIIR!”
Pria itu menarik pedangnya dan langsung menyerang salah satu dari demon gorilla itu. Kecepatannya sudah lebih mengagumkan dari kecepatannya ketika ia menyerang Hiiro tadi. Para gorilla itu terkejut seperti tersetrum.
Arnold berhasil memotong lengan gorilla yang mencoba mengambil Muir dengan menekankan serangannya di ayunan pedangnya.
“GUAAAAH!?”
Sambil memancarkan darah, gorilla itu mengayunkan tangannya yang lain, namun pria itu menangkisnya dengan pedangnya. Susah payah ia melindungi Muir di belakangnya.
“P- Paman…”
“Tak apa! Pergilah berlindung dan serahkan ini padaku.”
Ia mencoba menyuruh gadis kecil itu untuk mencari tempat aman untuk berlindung, namun Barbarous Kong yang lain muncul di belakangnya.
“Sial!”
Dalam situasi ini, Muir sedang dalam bahaya. Tapi ia juga harus berhadapan dengan tiga demon gorilla di depannya sekarang.
(Kuh! Bagaimana ini! Apakah aku harus menggunakannya… Tidak, itu bisa membahayakan Muir juga…!)
Saat itu, ia mendengar suara dari kejauhan.
“Hey~ Bisa aku makan sekarang?”
Di saat yang betul – betul tidak tepat, Hiiro menatap ikan panggang di hadapannya.
(TL NOTE: kan cowok itu nggak peka kan -_- #mulai baper #abaikan)
“Hey, tahan dulu! Makan sekarang!? Jangan bercanda! Lihat situasinya, sialan!”
“Terserah katamu. Omong – omong, apa kau mengalami masalah sekarang, pria tua?”
“K-kalau kau tahu, bantu aku!”
“Tidak. Untuk apa aku bekerja gratis? Konyol sekali.”
“Apa katamu!”
Pria itu menangkis semua serangan Barbarous Kong sementara matanya mulai memerah kelelahan. Bersamaan dengan menangkisnya, ia berdiri di depan Muir. Tapi sekarang empat demon gorilla itu mengepung mereka. Satu detik kesalahan bisa membuat Muir dalam bahaya.
…Apa yang harus dilakukannya?
Melihat Arnold yang tersudut, Hiiro hanya bisa menenangkan diri sendiri terhadap rasa laparnya. Perutnya terus berbunyi dan rasa lapar itu terus dirasakannya.
“Tak apa! Pergilah berlindung dan serahkan ini padaku.”
Ia mencoba menyuruh gadis kecil itu untuk mencari tempat aman untuk berlindung, namun Barbarous Kong yang lain muncul di belakangnya.
“Sial!”
Dalam situasi ini, Muir sedang dalam bahaya. Tapi ia juga harus berhadapan dengan tiga demon gorilla di depannya sekarang.
(Kuh! Bagaimana ini! Apakah aku harus menggunakannya… Tidak, itu bisa membahayakan Muir juga…!)
Saat itu, ia mendengar suara dari kejauhan.
“Hey~ Bisa aku makan sekarang?”
Di saat yang betul – betul tidak tepat, Hiiro menatap ikan panggang di hadapannya.
(TL NOTE: kan cowok itu nggak peka kan -_- #mulai baper #abaikan)
“Hey, tahan dulu! Makan sekarang!? Jangan bercanda! Lihat situasinya, sialan!”
“Terserah katamu. Omong – omong, apa kau mengalami masalah sekarang, pria tua?”
“K-kalau kau tahu, bantu aku!”
“Tidak. Untuk apa aku bekerja gratis? Konyol sekali.”
“Apa katamu!”
Pria itu menangkis semua serangan Barbarous Kong sementara matanya mulai memerah kelelahan. Bersamaan dengan menangkisnya, ia berdiri di depan Muir. Tapi sekarang empat demon gorilla itu mengepung mereka. Satu detik kesalahan bisa membuat Muir dalam bahaya.
…Apa yang harus dilakukannya?
Melihat Arnold yang tersudut, Hiiro hanya bisa menenangkan diri sendiri terhadap rasa laparnya. Perutnya terus berbunyi dan rasa lapar itu terus dirasakannya.
(Jadi apa yang harus kulakukan… Suara ini sangat mengganggu. Apa aku harus
mengambil makanan ini diam - diam? Ah tidak, dia bisa mengetahuinya…)
Sesaat selesai ia berpikir seperti itu terhadap ikan yang beraroma enak di depannya, sebuah pisau melayang dekat kakinya dan menancap di tanah. Hiiro menoleh ke arah pelempar pisau itu yang tidak lain adalah Arnold.
“Hey, apa masalahmu, pria tua.”
“Oke, dengarkan bodoh! K-kau bisa mendapatkan ikan itu! Jadi tolong aku! I-ini sebuah kesepakatan! Kalau kau mau memakannya kau harus mematuhiku!”
“Tidak mau.”
“Apa!?”
Arnold tidak menyangka bahwa Hiiro akan menolaknya secara langsung seperti itu.
“Sekarang aku bisa saja langsung mengambil ikan ini dan kabur!”
“Setan kau!”
“Ah~, kau tidak bisa diajak bercanda rupanya.”
“Jangan mengatakan hal yang tidak mungkin di saat seperti ini!”
Hiiro benar – benar mengatasi masalah dengan caranya sendiri.
(Oh baiklah, mari bekerja sedikit untuk ikan ini…)
Setelah ia berpikir begitu, Arnold berhasil memotong satu lengan gorilla lagi dan lengan itu dengan sangat pas melayang, kemudian jatuh di atas api.
“….Aw.”
“T-tidaaaaak!!”
Sesaat selesai ia berpikir seperti itu terhadap ikan yang beraroma enak di depannya, sebuah pisau melayang dekat kakinya dan menancap di tanah. Hiiro menoleh ke arah pelempar pisau itu yang tidak lain adalah Arnold.
“Hey, apa masalahmu, pria tua.”
“Oke, dengarkan bodoh! K-kau bisa mendapatkan ikan itu! Jadi tolong aku! I-ini sebuah kesepakatan! Kalau kau mau memakannya kau harus mematuhiku!”
“Tidak mau.”
“Apa!?”
Arnold tidak menyangka bahwa Hiiro akan menolaknya secara langsung seperti itu.
“Sekarang aku bisa saja langsung mengambil ikan ini dan kabur!”
“Setan kau!”
“Ah~, kau tidak bisa diajak bercanda rupanya.”
“Jangan mengatakan hal yang tidak mungkin di saat seperti ini!”
Hiiro benar – benar mengatasi masalah dengan caranya sendiri.
(Oh baiklah, mari bekerja sedikit untuk ikan ini…)
Setelah ia berpikir begitu, Arnold berhasil memotong satu lengan gorilla lagi dan lengan itu dengan sangat pas melayang, kemudian jatuh di atas api.
“….Aw.”
“T-tidaaaaak!!”
Ikan – ikan
panggang tadi terhancurkan oleh lengan gorilla itu dan bercampur dengan pasir
dan kerikil, membuat mereka jadi tidak bisa dimakan. Melihat itu, Hiiro
langsung kehilangan semangatnya. Kemudian …
“…Yah, kalau begitu waktunya pergi.”
“Hey, hey, tunggu dulu!”
Hiiro sudah akan pergi meninggalkan tempat itu ketika akhirnya ia berhenti dan menoleh sebentar.
“Apa? Bayaranku sudah menjadi seperti ini kan. Aku kehilangan motivasi untuk membantumu.”
“Grr…”
Pria itu bisa saja memaksa Hiiro untuk bertanggung jawab terhadap tindakan bodohnya, tapi Hiiro belum menyetujui kesepakatan yang tadi dibuatnya, serta negosiasi terhadap ikan panggang tadi gagal karena kesalahan Arnold sendiri sekalipun itu disebut kecelakaan.
Tapi kalau ia tidak mendapat bantuan dari Hiiro, ia harus melawan demon – demon garang ini sendirian sambil menjaga Muir. Sebenarnya tidak masalah kalau ia harus melawan para demon itu sendirian, tapi karena ia juga harus menjaga Muir, tentu saja menjadi hal yang sulit.
“B-baiklah! Dengarkan, nak!”
“Mh?”
Hiiro, yang sudah berjalan pergi, menoleh untuk merespon teriakan Arnold.
“Sheesh! Ini tawaran terakhirku! A-aku akan memberimu sedikit bagian dari ‘Aqua Hound Meat’, jadi tolong akuuuu!”
“….Apa itu?”
“Kau tidak tahu!? Itu adalah daging kualitas nomor satu! Hasil panggangannya akan membuat lidahmu meleleh dan membuatmu ketagihan!”
“……Oho.”
Mata Hiiro bersinar.
“Ketagihan, ya…”
Ia langsung mengingat “Addicted Seafood Noodles” yang pernah ia makan ketika di ≪Victorias≫. Makanan itu benar – benar enak. Sangat enak. Ia tentu saja ingin memakannya lagi.
Oleh karena itu ia terpancing oleh kata “ketagihan” yang dikeluarkan Arnold. Karena Hiiro adalah orang yang sangat menghargai makanan enak, ini adalah kesempatan bagus untuk makan sesuatu yang lezat.
“Hey pria tua, sebaiknya kau tidak berbohong padaku.”
“Huh? Tentu saja tidak, bodoh! Tapi jangan salah dengar! Tidak seluruh bagiannya, dengarkan! Whoops!”
Arnold menghindar dari serangan cakar Barbarous Kong.
“Ah, sial! Dengar, nak! Aku menjamin rasanya! Tapi aku hanya akan memberimu sebagian!”
Di saat yang sama, seekor Barbarous Kong berhasil mengambil Muir dan mengangkat gadis kecil itu ke arah mulutnya. Seperti ia ingin memakannya.
“Kyaa!”
“Siaal!”
Ketika Arnold berpikir bahwa Muir sudah jatuh ke tangan musuh, tiba – tiba lengan yang mengangkat Muir tadi sudah terlepas dari badannya.
“GUAAAH!?”
Gadis kecil itu jatuh dari tangan besar itu ke tanah. Muir menutup mata rapat – rapat dan memberanikan diri untuk menerima rasa sakit yang mungkin diterimanya. Arnold melihat itu dan berteriak. Kemudian...
“Dapat.”
“…Eh?”
Akan tetapi yang dirasakan Muir adalah sensasi lembut dari tangan yang menangkapnya. Tidak ada rasa sakit sedikitpun. Ketika pelan – pelan ia membuka matanya, Hiiro berdiri sambil membawanya dan “Piercer” di tangannya.
“…Bisakah kau berdiri?”
“Eh, ah… Ya.”
“Kalau begitu berdiri. Dan kau menghalangiku, jadi minggir.”
Muir melihat Hiiro tanpa bisa berkata apa – apa. Arnold menghela nafas lega ketika tahu Muir baik – baik saja. Hiiro mengerutkan dahi karena terganggu dengan sikap dua orang itu.
“Hey, pergi sekarang, pendek.”
“Ah, iya…”
Sambil mengatakan itu, Muir menjauhi Hiiro.
“…Yah, kalau begitu waktunya pergi.”
“Hey, hey, tunggu dulu!”
Hiiro sudah akan pergi meninggalkan tempat itu ketika akhirnya ia berhenti dan menoleh sebentar.
“Apa? Bayaranku sudah menjadi seperti ini kan. Aku kehilangan motivasi untuk membantumu.”
“Grr…”
Pria itu bisa saja memaksa Hiiro untuk bertanggung jawab terhadap tindakan bodohnya, tapi Hiiro belum menyetujui kesepakatan yang tadi dibuatnya, serta negosiasi terhadap ikan panggang tadi gagal karena kesalahan Arnold sendiri sekalipun itu disebut kecelakaan.
Tapi kalau ia tidak mendapat bantuan dari Hiiro, ia harus melawan demon – demon garang ini sendirian sambil menjaga Muir. Sebenarnya tidak masalah kalau ia harus melawan para demon itu sendirian, tapi karena ia juga harus menjaga Muir, tentu saja menjadi hal yang sulit.
“B-baiklah! Dengarkan, nak!”
“Mh?”
Hiiro, yang sudah berjalan pergi, menoleh untuk merespon teriakan Arnold.
“Sheesh! Ini tawaran terakhirku! A-aku akan memberimu sedikit bagian dari ‘Aqua Hound Meat’, jadi tolong akuuuu!”
“….Apa itu?”
“Kau tidak tahu!? Itu adalah daging kualitas nomor satu! Hasil panggangannya akan membuat lidahmu meleleh dan membuatmu ketagihan!”
“……Oho.”
Mata Hiiro bersinar.
“Ketagihan, ya…”
Ia langsung mengingat “Addicted Seafood Noodles” yang pernah ia makan ketika di ≪Victorias≫. Makanan itu benar – benar enak. Sangat enak. Ia tentu saja ingin memakannya lagi.
Oleh karena itu ia terpancing oleh kata “ketagihan” yang dikeluarkan Arnold. Karena Hiiro adalah orang yang sangat menghargai makanan enak, ini adalah kesempatan bagus untuk makan sesuatu yang lezat.
“Hey pria tua, sebaiknya kau tidak berbohong padaku.”
“Huh? Tentu saja tidak, bodoh! Tapi jangan salah dengar! Tidak seluruh bagiannya, dengarkan! Whoops!”
Arnold menghindar dari serangan cakar Barbarous Kong.
“Ah, sial! Dengar, nak! Aku menjamin rasanya! Tapi aku hanya akan memberimu sebagian!”
Di saat yang sama, seekor Barbarous Kong berhasil mengambil Muir dan mengangkat gadis kecil itu ke arah mulutnya. Seperti ia ingin memakannya.
“Kyaa!”
“Siaal!”
Ketika Arnold berpikir bahwa Muir sudah jatuh ke tangan musuh, tiba – tiba lengan yang mengangkat Muir tadi sudah terlepas dari badannya.
“GUAAAH!?”
Gadis kecil itu jatuh dari tangan besar itu ke tanah. Muir menutup mata rapat – rapat dan memberanikan diri untuk menerima rasa sakit yang mungkin diterimanya. Arnold melihat itu dan berteriak. Kemudian...
“Dapat.”
“…Eh?”
Akan tetapi yang dirasakan Muir adalah sensasi lembut dari tangan yang menangkapnya. Tidak ada rasa sakit sedikitpun. Ketika pelan – pelan ia membuka matanya, Hiiro berdiri sambil membawanya dan “Piercer” di tangannya.
“…Bisakah kau berdiri?”
“Eh, ah… Ya.”
“Kalau begitu berdiri. Dan kau menghalangiku, jadi minggir.”
Muir melihat Hiiro tanpa bisa berkata apa – apa. Arnold menghela nafas lega ketika tahu Muir baik – baik saja. Hiiro mengerutkan dahi karena terganggu dengan sikap dua orang itu.
“Hey, pergi sekarang, pendek.”
“Ah, iya…”
Sambil mengatakan itu, Muir menjauhi Hiiro.
“Hoy pria tua, jangan diam saja! Lawan mereka!”
“D-diam! Lihat dirimu juga, jangan menyalahkanku kalau kau mati!”
“Menggelikan. Seperti demon – demon ini bisa membunuhku saja.”
Arnold memasang kuda – kuda untuk menyerang dengan pedangnya ketika ia merasakan gelenyar dingin di belakangnya saat ia menyadari perasaan Hiiro yang haus darah.
Hiiro benar – benar bermaksud untuk membinasakan musuhnya. Membunuh mereka tanpa ampun. Itu adalah caranya untuk menghadapi demon yang menyerangnya.
Rasa permusuhannya yang mengalahkan perasaan lainnya menjadi rasa haus darah dan mengintimidasi area itu. Bahkan semua Barbarous Kong bereaksi terhadap hal itu dan keempatnya fokus ke arah Hiiro.
“Menyusahkan sekali untuk menghadapi mereka satu persatu. Hoy pria tua, buat mereka berbaris.”
“Huh!? Apa katamu?”
“lakukan saja. Kita bisa bicara nanti.”
“Dasar kau… Baiklah!”
Sambil menghela nafas, Arnold menatap tajam para Barbarous Kong yang berserakan.
“aku akan melakukannya, tapi mundurlah kalau kau tidak mau terseret ke dalamnya.”
“Sok mengatur sekali.”
Walaupun mengeluh, Hiiro mundur selangkah, penasaran terhadap apa yang akan dilakukan pria itu. Kemudian Arnold menggenggam pedangnya dengan genggaman erat lalu mendorong pedang itu dari tanah ke atas sambil berputar.
(TL NOTE : aku nggak bisa bayangin ._. atau aku yang salah ngartiin? Bahasa inggrisnya gini sih :
Then Arnold held his broadsword with a backhand grip and pushed the sword from the ground upwards while spinning.)
“≪Explosive Wind Claw≫!”
Tiba – tiba, sebuah ledakan besar menyeruak dari dalam tanah dengan Arnold di tengah – tengahnya. Bahkan Hiiro, yang sudah agak menjauh dari tempat itu, merasa terhuyung – huyung sedikit.
Para demon itu terangkat ke udara tanpa bisa melawan lagi.
“Oho, tidak buruk juga.”
Melihat itu, Hiiro bergumam kagum. Arnold bisa saja menerbangkan para demon itu kapanpun, tapi ia tidak melakukannya karena ada Muir di dekatnya.
(Aku tidak merasakan adanya kekuatan sihir dari jurus itu. Apa itu bukan sihir?)
Para Barbarous Kong berputar – putar di udara sementara pedang tak terlihat memotong – motong tubuh mereka. Sebentar saja, mereka akan terjatuh ke tanah dan berbaris dalam satu barisan sesuai permintaan Hiiro.
“Hmm, cukup bagus di udara?”
“Yep, sempurna.”
Hiiro menjawab, kemudian membidik para Barbarous Kong yang sedang jatuh melayang di udara.
“D-diam! Lihat dirimu juga, jangan menyalahkanku kalau kau mati!”
“Menggelikan. Seperti demon – demon ini bisa membunuhku saja.”
Arnold memasang kuda – kuda untuk menyerang dengan pedangnya ketika ia merasakan gelenyar dingin di belakangnya saat ia menyadari perasaan Hiiro yang haus darah.
Hiiro benar – benar bermaksud untuk membinasakan musuhnya. Membunuh mereka tanpa ampun. Itu adalah caranya untuk menghadapi demon yang menyerangnya.
Rasa permusuhannya yang mengalahkan perasaan lainnya menjadi rasa haus darah dan mengintimidasi area itu. Bahkan semua Barbarous Kong bereaksi terhadap hal itu dan keempatnya fokus ke arah Hiiro.
“Menyusahkan sekali untuk menghadapi mereka satu persatu. Hoy pria tua, buat mereka berbaris.”
“Huh!? Apa katamu?”
“lakukan saja. Kita bisa bicara nanti.”
“Dasar kau… Baiklah!”
Sambil menghela nafas, Arnold menatap tajam para Barbarous Kong yang berserakan.
“aku akan melakukannya, tapi mundurlah kalau kau tidak mau terseret ke dalamnya.”
“Sok mengatur sekali.”
Walaupun mengeluh, Hiiro mundur selangkah, penasaran terhadap apa yang akan dilakukan pria itu. Kemudian Arnold menggenggam pedangnya dengan genggaman erat lalu mendorong pedang itu dari tanah ke atas sambil berputar.
(TL NOTE : aku nggak bisa bayangin ._. atau aku yang salah ngartiin? Bahasa inggrisnya gini sih :
Then Arnold held his broadsword with a backhand grip and pushed the sword from the ground upwards while spinning.)
“≪Explosive Wind Claw≫!”
Tiba – tiba, sebuah ledakan besar menyeruak dari dalam tanah dengan Arnold di tengah – tengahnya. Bahkan Hiiro, yang sudah agak menjauh dari tempat itu, merasa terhuyung – huyung sedikit.
Para demon itu terangkat ke udara tanpa bisa melawan lagi.
“Oho, tidak buruk juga.”
Melihat itu, Hiiro bergumam kagum. Arnold bisa saja menerbangkan para demon itu kapanpun, tapi ia tidak melakukannya karena ada Muir di dekatnya.
(Aku tidak merasakan adanya kekuatan sihir dari jurus itu. Apa itu bukan sihir?)
Para Barbarous Kong berputar – putar di udara sementara pedang tak terlihat memotong – motong tubuh mereka. Sebentar saja, mereka akan terjatuh ke tanah dan berbaris dalam satu barisan sesuai permintaan Hiiro.
“Hmm, cukup bagus di udara?”
“Yep, sempurna.”
Hiiro menjawab, kemudian membidik para Barbarous Kong yang sedang jatuh melayang di udara.
“H- Hey, apa yang kau…?”
“Diam dan perhatikan.”
Hiiro menepis pertanyaan Arnold. Arnold merengut, namun tetap memperhatikan seperti yang dikatakan Hiiro dengan tatapan tertarik.
Hiiro mengkonsentrasikan kekuatan sihirnya di ujung jarinya dan menulis “extend” di pedangnya. Ya, dia menggunakan ≪Word Magic≫.
“Tembus mereka, ‘Piercer’.”
Kemudian, secara cepat pedang itu menembus para Barbarous Kong yang jatuh. Pedang itu menembus dengan tenang dan lancar, entah karena gravitasinya atau karena ketajaman pedang itu sendiri.
Arnold ternganga lebar terhadap pemandangan yang ada di depannya. Mengetahui bahwa Arnold ternganga, Hiiro menjatuhkan pedangnya pelan – pelan di depannya setelah ia yakin bahwa ia menembus keempat demon itu.
Tanah itu bergetar hebat karena getaran yang didapatkan dari empat Barbarous Kong yang jatuh. Mereka berempat terikat sempurna di satu garis lurus karena tertembus “Piercer” yang memanjang.
Hiiro merasakan dari pedangnya bagaimana mereka mati setelah beberapa kali mengerang.
“Satu tusuk Barbarous Kong siap.”
“Diam dan perhatikan.”
Hiiro menepis pertanyaan Arnold. Arnold merengut, namun tetap memperhatikan seperti yang dikatakan Hiiro dengan tatapan tertarik.
Hiiro mengkonsentrasikan kekuatan sihirnya di ujung jarinya dan menulis “extend” di pedangnya. Ya, dia menggunakan ≪Word Magic≫.
“Tembus mereka, ‘Piercer’.”
Kemudian, secara cepat pedang itu menembus para Barbarous Kong yang jatuh. Pedang itu menembus dengan tenang dan lancar, entah karena gravitasinya atau karena ketajaman pedang itu sendiri.
Arnold ternganga lebar terhadap pemandangan yang ada di depannya. Mengetahui bahwa Arnold ternganga, Hiiro menjatuhkan pedangnya pelan – pelan di depannya setelah ia yakin bahwa ia menembus keempat demon itu.
Tanah itu bergetar hebat karena getaran yang didapatkan dari empat Barbarous Kong yang jatuh. Mereka berempat terikat sempurna di satu garis lurus karena tertembus “Piercer” yang memanjang.
Hiiro merasakan dari pedangnya bagaimana mereka mati setelah beberapa kali mengerang.
“Satu tusuk Barbarous Kong siap.”
Kata – kata itu
menandakan selesainya pertarungan.
Hohoho lama menunggu tapi trima kasih
BalasHapusYg translet cewe kah?
Ya
HapusPantas
Hapuspantas kenapa :3 #notice "TL NOTE"nya?
HapusAnak pintar
HapusHehehe
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih untuk
BalasHapus...Bab nya.......
Keren makasih udh di tl langsung 2 chapter lg makin cinta dah.. :v
BalasHapus