Posted by : Unknown
07 Mei 2015
Chapter 14 selesai!!
TL: NicoNeko
ED: Atiri
sorry, aku sebenarnya udah dapetin chapter ini dari 4 hari yang lalu, cuma aku butuh waktu buat ngeditnya..
chapter 15 juga udah dapet, tinggal nunggu selesai diedit sama TheEscaperGirl.
cuma kalau kalian mau, aku bisa post dulu, nanti aku post ulang lagi..
Oh iya, kita sekarang membutuhkan editor nih buat yang berminat PM ke sini G+... translator ada 3, editor ada 2, cuma yang satunya sedang sibuk, jadi cuma 1, jadi kami minta tolong, Tolong Jadi Editor Kami..
Ah.. ya udah, selamat membaca!!
Chapter Sebelumnya
Chapter Selanjutnya
TL: NicoNeko
ED: Atiri
sorry, aku sebenarnya udah dapetin chapter ini dari 4 hari yang lalu, cuma aku butuh waktu buat ngeditnya..
chapter 15 juga udah dapet, tinggal nunggu selesai diedit sama TheEscaperGirl.
cuma kalau kalian mau, aku bisa post dulu, nanti aku post ulang lagi..
Oh iya, kita sekarang membutuhkan editor nih buat yang berminat PM ke sini G+... translator ada 3, editor ada 2, cuma yang satunya sedang sibuk, jadi cuma 1, jadi kami minta tolong, Tolong Jadi Editor Kami..
Ah.. ya udah, selamat membaca!!
Chapter 14 : Rekan Pertama?
“Jadi, siapa namamu?” (Arnold)
“Kenapa aku harus memberitahumu?” (Hiiro)
“Huh? Begini lagi?” (Arnold)
Arnold merasa bingung menghadapi setiap jawaban Hiiro yang tidak terprediksi.
“Haha, bercanda.” (Hiiro)
“Itu kau sebut bercanda!? Menyebalkan sekali tau!” (Arnold)
“Namaku Hiiro Okamura. Hanya seorang adventurer dan… kutubuku.” (Hiiro)
“Apa-apaan! Yang terakhir itu cuma dihitung hobi!” (Arnold)
“Fufufu” (Hiiro)
Tiba – tiba Muir mengeluarkan suara kecil.
“Oh, Muir sangat lucu kalau tertawa ya~.” (Arnold)
Mendengar hal itu, wajah Muir bersemu malu. Arnold juga membuat ekspresi senang yang.. agak menakutkan.
“……..Apa kau mesum ke anak kecil?” (Hiiro)
“Hey, tunggu dulu! Apa maksudmu!” (Arnold)
“Uhh…. Aku bukan… anak kecil...” (Muir)
Arnold dan Muir marah mendengar itu.
“Itu benar! Tidak seperti kelihatannya, dia itu sudah berumur 12 tahun! Bahkan dia juga sudah bisa melahirkan!” (Hiiro)
Arnold mengatakannya bangga sambil mengacungkan dua jempolnya, tapi gadis mungil di sebelahnya menatapnya lekat – lekat.
“J-jangan mengatakan hal yang memalukan!” (Muir)
Hiiro menyadari sesuatu setelah melihat Muir berkata marah dengan pipi terangkat.
“Sangat berbeda dari sebelumnya.” (Hiiro)
Hiiro membayangkan Muir sebagai anak kecil pendiam yang jarang marah, jauh dari bayangan anak-kecil-manja.
“Mh? Maksudmu Muir? Yah, siapapun akan mengkerut ketika orang-kasar yang terlihat dingin dengan tampang penjahat muncul, tidak hanya Muirku yang lucu ini.” (Arnold)
“Oke, sepertinya kau ingin merasakan tebasan pedangku!” (Hiiro)
Hiiro mengeluarkan aura membunuh dengan kacamatanya yang bersinar.
“Pft! Coba saja! Kalau untuk melindungi Muir, kotoranpun akan kumakan!” (Arnold)
“……Kau gagal sebagai manusia.” (Hiiro)
Muir bingung dengan perasaannya yang campur aduk saat mendengar itu.
“Bah! Dia memang sepenting itu! Omong – omong, aku punya pertanyaan untukmu, Hiiro.” (Arnold)
“Aku tidak akan memberitahumu apapun soal kemampuanku.” (Hiiro)
“Grr…” (Arnold)
Ternyata memang benar soal itu.
“Tapi aku tidak pernah melihat sihir yang bisa memanjangkan pedang sebelumnya.” (Arnold)
“Itu bukan sekedar pedang, itu katana.” (Hiiro)
“Katana? Jadi itu katana? Terlihat dibuat dengan baik.” (Arnold)
“Tidak tahu, tapi sangat mudah menggunakannya.” (Hiiro)
“Mhm~ Jadi menurut—” (Arnold)
“Aku sudah mengatakannya padamu, aku tidak akan mengatakan apapun soal sihirku.” (Hiiro)
“Kenapa! Apa bahayanya! Aku bahkan membagi dagingku denganmu!” (Arnold)
“Itu kompensasi dari bantuanku. Masalah selesai.” (Hiiro)
“Ugg…” (Arnold)
Tidak ada yang selesai dengan itu.
“Tapi, aku kaget juga kau bisa ngobrol santai dengan orang yang benar – benar asing bagimu.” (Hiiro)
“Mh? Ah, pada akhirnya kita makan bersama – sama. Lagipula, kau tidak terlihat seperti orang jahat.” (Arnold)
“Apa yang membuatmu berpikir begitu, huh? Aku tetap dari ras ‘Humas’. Aku bisa saja menyerang ‘Gabranth’ pendek itu.” (Hiiro)
“!?” (Muir)
Dalam sekejap, muka Muir memucat dan Arnold meraih gagang pedangnya. Ekspresinya penuh kewaspadaan. Tapi Hiiro tetap terlihat tenang melihat mereka.
“Ap-apa yang sedang kau bicarakan ini?” (Arnold)
“Reaksimu sekarang ini sudah membuktikan lebih dari cukup.” (Hiiro)
Reaksi Arnold membuktikan bahwa Hiiro benar.
“Kenapa aku harus memberitahumu?” (Hiiro)
“Huh? Begini lagi?” (Arnold)
Arnold merasa bingung menghadapi setiap jawaban Hiiro yang tidak terprediksi.
“Haha, bercanda.” (Hiiro)
“Itu kau sebut bercanda!? Menyebalkan sekali tau!” (Arnold)
“Namaku Hiiro Okamura. Hanya seorang adventurer dan… kutubuku.” (Hiiro)
“Apa-apaan! Yang terakhir itu cuma dihitung hobi!” (Arnold)
“Fufufu” (Hiiro)
Tiba – tiba Muir mengeluarkan suara kecil.
“Oh, Muir sangat lucu kalau tertawa ya~.” (Arnold)
Mendengar hal itu, wajah Muir bersemu malu. Arnold juga membuat ekspresi senang yang.. agak menakutkan.
“……..Apa kau mesum ke anak kecil?” (Hiiro)
“Hey, tunggu dulu! Apa maksudmu!” (Arnold)
“Uhh…. Aku bukan… anak kecil...” (Muir)
Arnold dan Muir marah mendengar itu.
“Itu benar! Tidak seperti kelihatannya, dia itu sudah berumur 12 tahun! Bahkan dia juga sudah bisa melahirkan!” (Hiiro)
Arnold mengatakannya bangga sambil mengacungkan dua jempolnya, tapi gadis mungil di sebelahnya menatapnya lekat – lekat.
“J-jangan mengatakan hal yang memalukan!” (Muir)
Hiiro menyadari sesuatu setelah melihat Muir berkata marah dengan pipi terangkat.
“Sangat berbeda dari sebelumnya.” (Hiiro)
Hiiro membayangkan Muir sebagai anak kecil pendiam yang jarang marah, jauh dari bayangan anak-kecil-manja.
“Mh? Maksudmu Muir? Yah, siapapun akan mengkerut ketika orang-kasar yang terlihat dingin dengan tampang penjahat muncul, tidak hanya Muirku yang lucu ini.” (Arnold)
“Oke, sepertinya kau ingin merasakan tebasan pedangku!” (Hiiro)
Hiiro mengeluarkan aura membunuh dengan kacamatanya yang bersinar.
“Pft! Coba saja! Kalau untuk melindungi Muir, kotoranpun akan kumakan!” (Arnold)
“……Kau gagal sebagai manusia.” (Hiiro)
Muir bingung dengan perasaannya yang campur aduk saat mendengar itu.
“Bah! Dia memang sepenting itu! Omong – omong, aku punya pertanyaan untukmu, Hiiro.” (Arnold)
“Aku tidak akan memberitahumu apapun soal kemampuanku.” (Hiiro)
“Grr…” (Arnold)
Ternyata memang benar soal itu.
“Tapi aku tidak pernah melihat sihir yang bisa memanjangkan pedang sebelumnya.” (Arnold)
“Itu bukan sekedar pedang, itu katana.” (Hiiro)
“Katana? Jadi itu katana? Terlihat dibuat dengan baik.” (Arnold)
“Tidak tahu, tapi sangat mudah menggunakannya.” (Hiiro)
“Mhm~ Jadi menurut—” (Arnold)
“Aku sudah mengatakannya padamu, aku tidak akan mengatakan apapun soal sihirku.” (Hiiro)
“Kenapa! Apa bahayanya! Aku bahkan membagi dagingku denganmu!” (Arnold)
“Itu kompensasi dari bantuanku. Masalah selesai.” (Hiiro)
“Ugg…” (Arnold)
Tidak ada yang selesai dengan itu.
“Tapi, aku kaget juga kau bisa ngobrol santai dengan orang yang benar – benar asing bagimu.” (Hiiro)
“Mh? Ah, pada akhirnya kita makan bersama – sama. Lagipula, kau tidak terlihat seperti orang jahat.” (Arnold)
“Apa yang membuatmu berpikir begitu, huh? Aku tetap dari ras ‘Humas’. Aku bisa saja menyerang ‘Gabranth’ pendek itu.” (Hiiro)
“!?” (Muir)
Dalam sekejap, muka Muir memucat dan Arnold meraih gagang pedangnya. Ekspresinya penuh kewaspadaan. Tapi Hiiro tetap terlihat tenang melihat mereka.
“Ap-apa yang sedang kau bicarakan ini?” (Arnold)
“Reaksimu sekarang ini sudah membuktikan lebih dari cukup.” (Hiiro)
Reaksi Arnold membuktikan bahwa Hiiro benar.
“Kuh…. Bagaimana
kau tahu?” (Arnold)
“….Mm.” (Hiiro)
Hiiro menunjuk ke arah pantat Muir.
“W-woy ba**ngan! Kau bernafsu pada Muir!?” (Arnold)
Hiiro langsung membantah terhadap kesalahpahaman itu.
“Coba lihat lagi. Benda itu bergerak terus...ekornya maksudku.” (Hiiro)
“Eh?” (Muir)
Kali ini Muir yang terkejut. Ia segera memeriksa bagian belakangnya dan setelahnya menahan napas.
“H- Hey, Muir…” (Arnold)
Arnold juga ikut membeku.
“M-maaf!” (Muir)
Rupanya ekornya yang tersembunyi di balik pakaiannya, tiba – tiba keluar karena makanan enak tadi.
“Ekor adalah salah satu ciri khas dari ‘Gabranth’, kan? Dan topi itu juga menyembunyikan ciri lainnya, hmm.. telinga hewan, kurasa...” (Hiiro)
Dua orang itu terdiam atas pernyataan Hiiro. Arnold kemudian berbicara dengan ekspresi resah.
“…..Benar, gadis ini adalah ‘Gabranth’. Tapi Muir… kita tidak melakukan kesalahan apapun! Jadi jangan beritahu siapapun!” (Arnold)
Dia melihat ke arah Hiiro sungguh – sungguh. Di saat yang bersamaan, Arnold bersiap menarik pedangnya kapanpun... tapi rupanya hal itu tidak perlu.
“Beritahu siapa? Dan kenapa harus kulakukan? Aku tidak peduli kalian manusia atau beastman.” (Hiiro)
“…Huh?” (Arnold)
Arnold dan Muir ternganga.
“Kenyataan bahwa dia berasal dari ras yang berbeda tidak mengubah fakta bahwa dia juga makhluk hidup kan?” (Hiiro)
“K- Kau…” (Arnold)
“Sejujurnya, aku tidak peduli. Apa asyiknya menyebarkan gosip?” (Hiiro)
Hiiro juga sungguh – sungguh menanyakan hal itu. Arnold langsung tertawa terbahak – bahak menyadarinya.
“Kakakakaka! Hiiro, kau benar – benar orang yang lucu!” (Arnold)
“Jangan menertawaiku. Kubunuh kau.” (Hiiro)
“Tidak, aku paham sekarang. Tentu saja ada beberapa orang sepertimu …” (Arnold)
Sambil mengatakannya, Arnold menghadapkan pantatnya ke arah Hiiro.
“….Uwoh, apa maksudnya ini?” (Hiiro)
Hiiro cemberut ketika tiba – tiba mendapati pantat seseorang ada di hadapannya. Ia benar – benar akan membunuhnya.
“Lihat saja.” (Arnold)
Sebuah ekor muncul dari balik celana. Hiiro melebarkan matanya sedikit.
“….Kau juga.” (Hiiro)
“Yeah. Aku – kami adalah ‘Gabranth’.” (Arnold)
Kemudian ia mendengar dari Arnold bahwa mereka sedang dalam perjalanan ke perbatasan wilayah ‘Gabranth’. Tapi karena ini adalah wilayah ‘Humas’, kalau identitas mereka ketahuan, maka bencana bagi mereka, mengingat kedua wilayah ini sedang mengalami perseteruan dunia.
Orang – orang lebih memahami mereka daripada ‘Evila’ dan tidak akan membunuh mereka saat itu juga, tapi nantinya mereka akan mengundang perhatian. Juga para radikal jalanan. Arnold sudah melihat banyak dari mereka.
Untuk alasan alasan itu, mereka menyembunyikan identitas mereka dan pura – pura menjadi manusia.
Hiiro memperhatikan kepala Arnold, mencari sesuatu yang pasti langsung dikenali dari seorang beastman. Arnold tertawa menyadari tatapan intens darinya kemudian bertanya.
“Penasaran kenapa aku tidak punya telinga hewan?” (Arnold)
Ya, Arnold tidak menggunakan penutup kepala apapun. Dan tidak ada telinga hewan yang terlihat.
“Mau tau?” (Arnold)
“Tidak juga.” (Hiiro)
“Ah, begitu, kalau kau memang sangat ingin mengetahuinya, aku akan memberitahumu.” (Arnold)
“Hoy, kau tidak mendengarku!?” (Hiiro)
“Jangan begitu. Lagipula... hal ini bukannya tidak ada hubungannya denganmu.” (Arnold)
Setelah mengatakannya, Arnold mulai bicara sebelum Hiiro menjawab.
“Yah, aku kehilangan mereka.” (Arnold)
“Kehilangan?” (Hiiro)
Hiiro refleks bertanya.
“Ya, aku ini mantan budak.” (Arnold)
Sistem perbudakan. Itu adalah sistem yang dibuat oleh manusia untuk dapat menggunakan beastman. Ketika terculik di usia muda, mereka akan mendapatkan cap bernama ≪Magic Lock Crest≫ tertancap di badan mereka. Tanda itu mencegah mereka kabur atau melawan majikannya dengan cara mengeluarkan rasa sakit lewat sihir dari tanda itu.
Dulu sekali, ketika beastman belum memiliki negara sendiri, banyak dari mereka menjadi budak para manusia sebagai hewan rumahan.
Sekarang, sistem ini sudah tidak ada lagi, tapi masih digunakan dalam pasar budak.
Arnold adalah salah satu korban dari itu, dan manusia yang memperbudaknya memotong telinganya. Telinga itu, sebagai harga diri beastman, langsung menghilang begitu saja hanya karena manusia yang sedang bad mood.
“Aku paham sekarang.” (Hiiro)
Hal ini berhubungan dengan Hiiro, karena dia juga salah satu dari manusia. Salah satu ‘Humas’ yang juga menyiksa beastman, tidak hanya Arnold.
“Setelah itu, ≪Magic Lock Crest≫ ku menghilang dan aku kabur.” (Arnold)
“Apakah itu bisa dihapus dengan mudah?” (Hiiro)
“Nah, hanya master yang bisa melakukannya. Walaupun tanda itu juga akan hilang otomatis ketika master mati.” (Arnold) [TL : Master disini maksudnya majikannya]
“Jadi, kau…” (Hiiro)
“Ah, aku tidak bisa melakukannya sendiri, tapi ada seseorang yang mengetahui bagaimana kami para budak diperlakukan, dan dia yang melakukannya.” (Arnold)
Dengan kematian majikannya, Arnold langsung terbebas. Mendengar cerita ini, Muir ikut merasa sangat sedih.
“Setelah aku mendapat kebebasanku, akhirnya aku menjadi koki petualang! Keren, kan?” (Arnold)
“Kesampingkan kata kerennya. Ternyata, kau benar – benar memiliki hidup yang susah. Tak heran kau memiliki trauma terhadap manusia.” (Hiiro)
Fakta bahwa ia bisa berbicara santai dengan Hiiro juga misteri tersendiri.
“Yang lalu biarlah berlalu. Mengingat orang yang menyelamatkanku juga salah satu dari ‘Humas’.” (Arnold)
“Aku akan benar – benar membalas dendam kalau aku jadi dirimu. Melakukan hal ini dan itu, lalu…” (Hiiro)
“K-kau menakutiku... Uaah! Lagipula, sekarang ini aku sudah merasa senang dan melupakan masalah lalu itu.” (Arnold)
Ia mengatakannya sambil mengelus – elus kepala Muir. Gadis mungil itu melebarkan matanya senang.
“Tiba – tiba aku teringat, apa yang kau lakukan di area ini Hiiro? Sebuah quest?” (Arnold) [TL : Quest itu... Semacam petualangan untuk dapat EXP sama item bagi adventurer. Google masih hidup sodara sodara ]
“Aku tidak wajib untuk—” (Hiiro)
“Jawab saja. Yah sudahlah. Apa sih bahayanya mengatakannya padaku?” (Arnold)
Tentu saja, tidak ada bahayanya, tapi Hiiro juga tidak memiliki alasan untuk dapat memberitahunya. Itu murni hanya karena rasa penasaran Arnold. Dan tidak hanya itu saja, Muir menatap Hiiro dengan tatapan tertarik.
“…….Haah. Aku bermaksud untuk…” (Hiiro)
Dua orang itu menunggu kelanjutan ceritanya, sementara Hiiro melanjutkan dengan suara pelan …
“melewati batas wilayah.” (Hiiro)
“…Eh? M-maksudmu…?” (Arnold)
“Sama seperti kalian berdua.” (Hiiro)
“Kenapa?! Kenapa manusia sepertimu ingin pergi ke wilayah beastman!” (Arnold)
“Haah? Jelas karena aku ingin melihat seperti apa wilayah itu.” (Hiiro)
“….Katakan lagi?” (Arnold)
“Aku tidak peduli soal politik. Aku melakukan apa yang ingin kulakukan dan tidak akan berhenti melakukannya, dan itu termasuk juga membunuh siapapun yang menghalangi jalanku.” (Hiiro)
“…..Pfftt.” (Arnold)
Arnold menyemburkan tawanya lagi.
“Apanya yang lucu, Orang Tua Mesum?” (Hiiro)
“Hoy, apakah itu titleku sekarang!?” (Arnold)
“Hmm, aku hanya melakukan apa yang kalian berdua lakukan kok.” (Hiiro)
Arnold tiba – tiba mengatakan sesuatu dengan raut muka serius.
“Ini bukan piknik sekolah, man. Para ‘Gabranth’ sekarang sedang mudah-senang karena beberapa hal. Kalau mereka melihat manusia di wilayah mereka, semua tidak akan berakhir bahagia.” (Arnold)
“Tidak masalah. Aku akan membalikkan meja kalau begitu!” (Hiiro) [TL : maksudnya Hiiro yang akan mengalahkan para ‘Gabranth’ gitu kalo mereka nyerang Hiiro, ED: salah satu peribahasa bahasa inggris ‘Turn the table’]
“…Kau serius?” (Arnold)
“Tentu saja. Lagipula tidak ada alasan bagiku untuk kabur.” (Hiiro)
“Beastman itu kuat.” (Arnold)
“Tapi aku lebih kuat.” (Hiiro)
Karena dia punya ≪Word Magic≫, Hiiro percaya bahwa kali ini akan berhasil.
“Hmm, dengan begini, aku menjadi semakin dan semakin tertarik padamu.” (Arnold)
“Stop stop, kau membuatku merinding. Aku bukan orang serong.” (Hiiro) [TL : kalau di english translationsnya sebenarnya “swing that way” dan itu kata slang yang dipakai untuk orang Maho atau Yuri. Kutulis ‘orang serong’ aja yah.]
“Aku juga bukan, sialan!” (Arnold)
Arnold kemudian berteriak “Tidak bisakah kau menganggap hal ini serius?” dengan marah, sementara Hiiro hanya menjawab “mungkin tidak” dengan santai. Melihat pertengkaran kecil mereka berdua, Muir lagi – lagi melepaskan senyumannya.
“Ah, pertemuan kita ini pastilah sebuah takdir. Dan kita menuju ke arah yang sama. Mau pergi bersama?” (Arnold)
“Berhenti bercanda. Omong kosong apa itu? Aku baik – baik saja dengan …” (Hiiro)
Sambil mengatakan itu, dia tiba – tiba menunduk dan terdiam, jadi Arnold bertanya.
“A-ada apa?” (Arnold)
“Maksudmu tadi adalah : Tolong Ikutlah dengan kami, kan?” (Hiiro)
“Grr… Aku bersumpah… bocah ini…” (Arnold)
Arnold melotot pada Hiiro sambil menggertakkan giginya, tapi akhirnya menghembuskan nafas panjang.
“Haah~ aku memang tidak bisa menang debat melawanmu. Okelah, kami akan ikut denganmu.” (Arnold)
“Lakukan apa yang ingin kalian lakukan.” (Hiiro)
Awalnya Hiiro berencana untuk beraksi sendirian, tapi ini adalah kesempatan bagus untuk belajar soal beastman. Tentu saja lebih baik memiliki orang yang mengetahui soal tujuan mereka, wilayah beastman. Oleh karena itu Hiiro membiarkan Arnold mengikutinya.
“Ah, sebelum aku lupa.” (Arnold)
Tiba – tiba Arnold menatap Hiiro lekat - lekat.
“Apa?” (Hiiro)
“Cuma peringatan.” (Arnold)
“Beritahu aku.” (Hiiro)
“……..Jangan menyentuh Muir.” (Arnold)
“Aku normal, orang mesum.” (Hiiro)
“Jangan main – main denganku! Aku ini benar – benar normal juga tahu!” (Arnold)
“Mh? Okelah itu awalnya. Aku sama sekali tidak tertarik dengan gadis – gadis kecil itu. Tapi aku yakin kau punya rasa terhadap mereka ya?” (Hiiro)
“Oh, kalau begitu kita selesaikann semua ini di luar, bocah tidak berguna! (Arnold)”
“Kita sudah di luar, Mr. Pedo.” (Hiiro)
“Jangan memanggilku seperti itu!” (Arnold)
Muir mengedikkan bahu dengan sabar melihat pertengkaran kecil di depannya. Setelah itu,.. Muir mengatakannya dengan suara yang cukup lemah dan tidak bisa didengar siapapun.
“Muh, aku bukan anak – anak.” (Muir)
Perkatannya menghilang di telan langit.
“….Mm.” (Hiiro)
Hiiro menunjuk ke arah pantat Muir.
“W-woy ba**ngan! Kau bernafsu pada Muir!?” (Arnold)
Hiiro langsung membantah terhadap kesalahpahaman itu.
“Coba lihat lagi. Benda itu bergerak terus...ekornya maksudku.” (Hiiro)
“Eh?” (Muir)
Kali ini Muir yang terkejut. Ia segera memeriksa bagian belakangnya dan setelahnya menahan napas.
“H- Hey, Muir…” (Arnold)
Arnold juga ikut membeku.
“M-maaf!” (Muir)
Rupanya ekornya yang tersembunyi di balik pakaiannya, tiba – tiba keluar karena makanan enak tadi.
“Ekor adalah salah satu ciri khas dari ‘Gabranth’, kan? Dan topi itu juga menyembunyikan ciri lainnya, hmm.. telinga hewan, kurasa...” (Hiiro)
Dua orang itu terdiam atas pernyataan Hiiro. Arnold kemudian berbicara dengan ekspresi resah.
“…..Benar, gadis ini adalah ‘Gabranth’. Tapi Muir… kita tidak melakukan kesalahan apapun! Jadi jangan beritahu siapapun!” (Arnold)
Dia melihat ke arah Hiiro sungguh – sungguh. Di saat yang bersamaan, Arnold bersiap menarik pedangnya kapanpun... tapi rupanya hal itu tidak perlu.
“Beritahu siapa? Dan kenapa harus kulakukan? Aku tidak peduli kalian manusia atau beastman.” (Hiiro)
“…Huh?” (Arnold)
Arnold dan Muir ternganga.
“Kenyataan bahwa dia berasal dari ras yang berbeda tidak mengubah fakta bahwa dia juga makhluk hidup kan?” (Hiiro)
“K- Kau…” (Arnold)
“Sejujurnya, aku tidak peduli. Apa asyiknya menyebarkan gosip?” (Hiiro)
Hiiro juga sungguh – sungguh menanyakan hal itu. Arnold langsung tertawa terbahak – bahak menyadarinya.
“Kakakakaka! Hiiro, kau benar – benar orang yang lucu!” (Arnold)
“Jangan menertawaiku. Kubunuh kau.” (Hiiro)
“Tidak, aku paham sekarang. Tentu saja ada beberapa orang sepertimu …” (Arnold)
Sambil mengatakannya, Arnold menghadapkan pantatnya ke arah Hiiro.
“….Uwoh, apa maksudnya ini?” (Hiiro)
Hiiro cemberut ketika tiba – tiba mendapati pantat seseorang ada di hadapannya. Ia benar – benar akan membunuhnya.
“Lihat saja.” (Arnold)
Sebuah ekor muncul dari balik celana. Hiiro melebarkan matanya sedikit.
“….Kau juga.” (Hiiro)
“Yeah. Aku – kami adalah ‘Gabranth’.” (Arnold)
Kemudian ia mendengar dari Arnold bahwa mereka sedang dalam perjalanan ke perbatasan wilayah ‘Gabranth’. Tapi karena ini adalah wilayah ‘Humas’, kalau identitas mereka ketahuan, maka bencana bagi mereka, mengingat kedua wilayah ini sedang mengalami perseteruan dunia.
Orang – orang lebih memahami mereka daripada ‘Evila’ dan tidak akan membunuh mereka saat itu juga, tapi nantinya mereka akan mengundang perhatian. Juga para radikal jalanan. Arnold sudah melihat banyak dari mereka.
Untuk alasan alasan itu, mereka menyembunyikan identitas mereka dan pura – pura menjadi manusia.
Hiiro memperhatikan kepala Arnold, mencari sesuatu yang pasti langsung dikenali dari seorang beastman. Arnold tertawa menyadari tatapan intens darinya kemudian bertanya.
“Penasaran kenapa aku tidak punya telinga hewan?” (Arnold)
Ya, Arnold tidak menggunakan penutup kepala apapun. Dan tidak ada telinga hewan yang terlihat.
“Mau tau?” (Arnold)
“Tidak juga.” (Hiiro)
“Ah, begitu, kalau kau memang sangat ingin mengetahuinya, aku akan memberitahumu.” (Arnold)
“Hoy, kau tidak mendengarku!?” (Hiiro)
“Jangan begitu. Lagipula... hal ini bukannya tidak ada hubungannya denganmu.” (Arnold)
Setelah mengatakannya, Arnold mulai bicara sebelum Hiiro menjawab.
“Yah, aku kehilangan mereka.” (Arnold)
“Kehilangan?” (Hiiro)
Hiiro refleks bertanya.
“Ya, aku ini mantan budak.” (Arnold)
Sistem perbudakan. Itu adalah sistem yang dibuat oleh manusia untuk dapat menggunakan beastman. Ketika terculik di usia muda, mereka akan mendapatkan cap bernama ≪Magic Lock Crest≫ tertancap di badan mereka. Tanda itu mencegah mereka kabur atau melawan majikannya dengan cara mengeluarkan rasa sakit lewat sihir dari tanda itu.
Dulu sekali, ketika beastman belum memiliki negara sendiri, banyak dari mereka menjadi budak para manusia sebagai hewan rumahan.
Sekarang, sistem ini sudah tidak ada lagi, tapi masih digunakan dalam pasar budak.
Arnold adalah salah satu korban dari itu, dan manusia yang memperbudaknya memotong telinganya. Telinga itu, sebagai harga diri beastman, langsung menghilang begitu saja hanya karena manusia yang sedang bad mood.
“Aku paham sekarang.” (Hiiro)
Hal ini berhubungan dengan Hiiro, karena dia juga salah satu dari manusia. Salah satu ‘Humas’ yang juga menyiksa beastman, tidak hanya Arnold.
“Setelah itu, ≪Magic Lock Crest≫ ku menghilang dan aku kabur.” (Arnold)
“Apakah itu bisa dihapus dengan mudah?” (Hiiro)
“Nah, hanya master yang bisa melakukannya. Walaupun tanda itu juga akan hilang otomatis ketika master mati.” (Arnold) [TL : Master disini maksudnya majikannya]
“Jadi, kau…” (Hiiro)
“Ah, aku tidak bisa melakukannya sendiri, tapi ada seseorang yang mengetahui bagaimana kami para budak diperlakukan, dan dia yang melakukannya.” (Arnold)
Dengan kematian majikannya, Arnold langsung terbebas. Mendengar cerita ini, Muir ikut merasa sangat sedih.
“Setelah aku mendapat kebebasanku, akhirnya aku menjadi koki petualang! Keren, kan?” (Arnold)
“Kesampingkan kata kerennya. Ternyata, kau benar – benar memiliki hidup yang susah. Tak heran kau memiliki trauma terhadap manusia.” (Hiiro)
Fakta bahwa ia bisa berbicara santai dengan Hiiro juga misteri tersendiri.
“Yang lalu biarlah berlalu. Mengingat orang yang menyelamatkanku juga salah satu dari ‘Humas’.” (Arnold)
“Aku akan benar – benar membalas dendam kalau aku jadi dirimu. Melakukan hal ini dan itu, lalu…” (Hiiro)
“K-kau menakutiku... Uaah! Lagipula, sekarang ini aku sudah merasa senang dan melupakan masalah lalu itu.” (Arnold)
Ia mengatakannya sambil mengelus – elus kepala Muir. Gadis mungil itu melebarkan matanya senang.
“Tiba – tiba aku teringat, apa yang kau lakukan di area ini Hiiro? Sebuah quest?” (Arnold) [TL : Quest itu... Semacam petualangan untuk dapat EXP sama item bagi adventurer. Google masih hidup sodara sodara ]
“Aku tidak wajib untuk—” (Hiiro)
“Jawab saja. Yah sudahlah. Apa sih bahayanya mengatakannya padaku?” (Arnold)
Tentu saja, tidak ada bahayanya, tapi Hiiro juga tidak memiliki alasan untuk dapat memberitahunya. Itu murni hanya karena rasa penasaran Arnold. Dan tidak hanya itu saja, Muir menatap Hiiro dengan tatapan tertarik.
“…….Haah. Aku bermaksud untuk…” (Hiiro)
Dua orang itu menunggu kelanjutan ceritanya, sementara Hiiro melanjutkan dengan suara pelan …
“melewati batas wilayah.” (Hiiro)
“…Eh? M-maksudmu…?” (Arnold)
“Sama seperti kalian berdua.” (Hiiro)
“Kenapa?! Kenapa manusia sepertimu ingin pergi ke wilayah beastman!” (Arnold)
“Haah? Jelas karena aku ingin melihat seperti apa wilayah itu.” (Hiiro)
“….Katakan lagi?” (Arnold)
“Aku tidak peduli soal politik. Aku melakukan apa yang ingin kulakukan dan tidak akan berhenti melakukannya, dan itu termasuk juga membunuh siapapun yang menghalangi jalanku.” (Hiiro)
“…..Pfftt.” (Arnold)
Arnold menyemburkan tawanya lagi.
“Apanya yang lucu, Orang Tua Mesum?” (Hiiro)
“Hoy, apakah itu titleku sekarang!?” (Arnold)
“Hmm, aku hanya melakukan apa yang kalian berdua lakukan kok.” (Hiiro)
Arnold tiba – tiba mengatakan sesuatu dengan raut muka serius.
“Ini bukan piknik sekolah, man. Para ‘Gabranth’ sekarang sedang mudah-senang karena beberapa hal. Kalau mereka melihat manusia di wilayah mereka, semua tidak akan berakhir bahagia.” (Arnold)
“Tidak masalah. Aku akan membalikkan meja kalau begitu!” (Hiiro) [TL : maksudnya Hiiro yang akan mengalahkan para ‘Gabranth’ gitu kalo mereka nyerang Hiiro, ED: salah satu peribahasa bahasa inggris ‘Turn the table’]
“…Kau serius?” (Arnold)
“Tentu saja. Lagipula tidak ada alasan bagiku untuk kabur.” (Hiiro)
“Beastman itu kuat.” (Arnold)
“Tapi aku lebih kuat.” (Hiiro)
Karena dia punya ≪Word Magic≫, Hiiro percaya bahwa kali ini akan berhasil.
“Hmm, dengan begini, aku menjadi semakin dan semakin tertarik padamu.” (Arnold)
“Stop stop, kau membuatku merinding. Aku bukan orang serong.” (Hiiro) [TL : kalau di english translationsnya sebenarnya “swing that way” dan itu kata slang yang dipakai untuk orang Maho atau Yuri. Kutulis ‘orang serong’ aja yah.]
“Aku juga bukan, sialan!” (Arnold)
Arnold kemudian berteriak “Tidak bisakah kau menganggap hal ini serius?” dengan marah, sementara Hiiro hanya menjawab “mungkin tidak” dengan santai. Melihat pertengkaran kecil mereka berdua, Muir lagi – lagi melepaskan senyumannya.
“Ah, pertemuan kita ini pastilah sebuah takdir. Dan kita menuju ke arah yang sama. Mau pergi bersama?” (Arnold)
“Berhenti bercanda. Omong kosong apa itu? Aku baik – baik saja dengan …” (Hiiro)
Sambil mengatakan itu, dia tiba – tiba menunduk dan terdiam, jadi Arnold bertanya.
“A-ada apa?” (Arnold)
“Maksudmu tadi adalah : Tolong Ikutlah dengan kami, kan?” (Hiiro)
“Grr… Aku bersumpah… bocah ini…” (Arnold)
Arnold melotot pada Hiiro sambil menggertakkan giginya, tapi akhirnya menghembuskan nafas panjang.
“Haah~ aku memang tidak bisa menang debat melawanmu. Okelah, kami akan ikut denganmu.” (Arnold)
“Lakukan apa yang ingin kalian lakukan.” (Hiiro)
Awalnya Hiiro berencana untuk beraksi sendirian, tapi ini adalah kesempatan bagus untuk belajar soal beastman. Tentu saja lebih baik memiliki orang yang mengetahui soal tujuan mereka, wilayah beastman. Oleh karena itu Hiiro membiarkan Arnold mengikutinya.
“Ah, sebelum aku lupa.” (Arnold)
Tiba – tiba Arnold menatap Hiiro lekat - lekat.
“Apa?” (Hiiro)
“Cuma peringatan.” (Arnold)
“Beritahu aku.” (Hiiro)
“……..Jangan menyentuh Muir.” (Arnold)
“Aku normal, orang mesum.” (Hiiro)
“Jangan main – main denganku! Aku ini benar – benar normal juga tahu!” (Arnold)
“Mh? Okelah itu awalnya. Aku sama sekali tidak tertarik dengan gadis – gadis kecil itu. Tapi aku yakin kau punya rasa terhadap mereka ya?” (Hiiro)
“Oh, kalau begitu kita selesaikann semua ini di luar, bocah tidak berguna! (Arnold)”
“Kita sudah di luar, Mr. Pedo.” (Hiiro)
“Jangan memanggilku seperti itu!” (Arnold)
Muir mengedikkan bahu dengan sabar melihat pertengkaran kecil di depannya. Setelah itu,.. Muir mengatakannya dengan suara yang cukup lemah dan tidak bisa didengar siapapun.
“Muh, aku bukan anak – anak.” (Muir)
Perkatannya menghilang di telan langit.
Chapter Sebelumnya
Chapter Selanjutnya